Part 22

5K 292 6
                                    

Jangan lupa vote dan komennya

Happy reading

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم


Setelah membereskan rumah yang dibantu oleh Bu Sumi tadi, Aira mulai melangkahkan kaki menuju halaman depan rumah. Di Minggu pagi yang cerah ini seperti biasa setelah berberes rumah gadis itu akan menyiram tanaman di hari libur sekolah ini. Gadis yang memakai baju lengan panjang berwarna putih kebesaran, di padukan dengan rok plisket berwarna hitam senada dengan warna hijab itu melangkah perlahan, sesekali melamun dengan tatapan matanya terlihat kosong.

Pikirannya terus tertuju kepada kejadian semalam, walau ia sudah berusaha untuk tidak mengingat hal pahit tersebut, akan tetapi tetap tidak bisa. Seolah kejadian itu bak kaset yang selalu berputar menampilkan adegan demi adegan yang tidak ingin ia ingat lagi.

Aira bahkan melewati Mang Asep begitu saja ketika supir pribadinya itu menyapanya penuh semangat seperti biasa. Saking fokus dengan lamunannya.

"Non!" Teriak Mang Asep.

Aira membalikkan badannya hasil refleks terkejutnya. "Hah? Kenapa Mang, Mang Asep manggil Aira?" Tanya Aira menunjuk dirinya sendiri.

"Iya, Non. Non teh kenapa? Kok Mang Asep sapa nggak di jawab dan non malah asyik melamun. Lagi ada masalah ya?" Tanya Mang Asep yang tengah mencuci mobil.

"Aduh... Maaf mang, Aira nggak fokus tadi, maklum mikirin tugas sekolah yang menumpuk."

Aira terpaksa berbohong, cukup Bi Sumi saja yang tahu tentang kejadian semalam.

"Oh... Ternyata itu masalahnya." Mang Asep manggut-manggut. "Non mau kemana?" lanjutnya bertanya.

"Nggak kemana-mana, Mang. Ini Aira mau nyiram tanaman aja."

"Oh, silahkan lanjutkan Non."

"Iya, Mang."

Aira mengambil selang air tak lupa memutar krannya, perlahan air keluar dari selang kecil itu lalu tangan Aira mengarahkan slang tersebut ke tanaman yang akan ia siram.

Lagi dan lagi kilasan kejadian semalam muncul dipikiran Aira. Gadis itu menggelengkan kepala menghalau ingatan itu kembali. Untuk mengalihkan ingatan kejadian semalam, Aira menyenandungkan sholawat untuk menenangkan hatinya yang sangat gelisah saat ini.

"Tolong, jangan muncul lagi..." Nyatanya harapan Aira sia-sia, kejadian semalam kembali berputar di kepalanya. Aira bahkan memukul pelan kepalanya berulang kali.

"Ka...kamu mau ngapain?"

"Gue nggak tau apa yang terjadi sama gue, kayaknya gue di jebak."

Cup

"AZKA! APA YANG KAMU LAKUKAN!" Teriak Aira.

"Ra... Maafin gue tapi gue nggak bisa menahannya lagi."

"Azka! Lepasin! Kamu mau apa hah?!"

"Aku akan sangat membenci kamu jika kamu sampai melakukan hal yang dilarang Allah!"

"Allahu akbar!" Ucap Aira sembari memegangi kepalanya, setetes air mata perlahan jatuh di pelupuk matanya.

"Allah... Hati Aira sakit..."

"Kenapa kamu tega ngelakuin ini, Ka. Apa salah aku sama kamu. Kenapa harus aku? Aku takut... Aku takut akan siksaan Allah yang sangat pedih di akhirat kelak. Aku takut dengan murkanya Allah nanti."

"Ya Allah... Maafkan hamba, ampunilah dosa-dosa hamba."

"Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah..." Aira terus beristighfar untuk menenangkan hatinya yang gelisah.

AZKAIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang