Part 19

4.3K 251 1
                                    


Jangan lupa vote dan komennya

Happy reading

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Nenek Rina memegang kedua pundak Gabriel yang berlutut dihadapannya sambil terus terisak, wanita itu menyuruh cucunya untuk berdiri. Bohong jikalau ia membenci Gabriel, Jauh di lubuk hatinya, wanita itu begitu menyayangi Gabriel. Walau cucunya itu seringkali membuat dirinya kecewa. Tapi itu tak menyurutkan rasa kasih sayangnya terhadap cucu yang sudah ia rawat sedari kecil.

Di peluknya tubuh cucunya itu dengan tangan yang mengusap pelan punggung bergetar Gabriel. Bukan cuma Gabriel yang salah di sini, dia juga salah karena turut andil dalam perubahan sikap Gabriel. Ia akui itu.

"Gabriel sadar Nek, sudah banyak kesalahan yang Gabriel perbuat sama kalian. Seharusnya Gabriel nggak bersikap kasar sama kalian karena kalian lah yang berjasa dalam hidup Gabriel."

"Maafkan Gabriel, Nek, kalau selama ini Gabriel terlalu banyak menyakiti hati kalian berdua." sesak Gabriel.

"Sebelum kamu minta maaf nenek sudah memaafkan kamu, Gabriel."

Nenek Rina menitikkan air matanya, akhirnya cucunya itu meminta maaf juga padanya. Sudah lama ia menantikan momen ini dan pada akhirnya momen ini terjadi juga malam ini.

Wanita itu mengusap air mata Gabriel. "Maafkan nenek juga Riel, karena selama ini nenek terlalu memperdulikan Azka sampai-sampai nenek melupakan keberadaan kamu."

"Maafkan nenek juga yang selama ini selalu membanding-bandingkan kamu sama Azka. Nenek sadar kalau nenek salah, Riel. Bohong kalau nenek benci sama kamu, nyatanya nenek nggak bisa benci sama kamu dan nenek sangat menyayangi kamu walau kamu berulang kali membuat nenek dan kakek kecewa atas sikap kamu." lanjutnya.

Gabriel mengambil salah satu tangan neneknya lalu membawa tangan yang sudah keriput itu ke bibirnya, mencium lembut punggung tangan itu.

"Makasih, nek."

"Pelukan kok nggak ngajak-ngajak kakek sih."

Gabriel dan Nenek Rina kompak menoleh ke arah sumber suara. Langsung saja Gabriel bergegas menghampiri kakeknya yang baru saja menuruni tangga itu.

"Kek..."

Grep

Kakek Rino mengusap punggung Gabriel yang kembali terisak di pelukannya dengan bibir yang tak henti melontarkan kata maaf. Kakek Rino tersenyum, di dalam hati pria tua itu tak henti mengucap syukur kepada Allah karena sudah mengabulkan doanya.

"Kakek udah maafin kamu, Gabriel. Kok nangisnya makin keras? Nggak malu sama sikap berandalan kamu?" Kakek Rino terkekeh kecil di ikuti Nenek Rina yang juga mengusap punggung Gabriel.

"Kek..." rengek Gabriel dengan mata dan wajah yang memerah. Dan itu terlihat lucu di mata kakek dan nenek.

"Sini peluk." Gabriel merentangkan tangan meminta kakek dan nenek memeluknya kembali.

"Tinggal di sini bareng nenek dan kakek lagi ya, Riel? Nenek lihat kamu kurusan sekarang." Ujar nenek Rina dan Gabriel hanya mengangguk mengiyakan.

"Jangan lupa minta maaf sama yang lain juga, terutama Azka. Kalian itu keluarga, alangkah baiknya tidak bermusuhan apalagi sampai memutuskan hubungan keluarga." Ucap kakek Rino.

"Udah tadi kek, kalau sama Azka belum. Kayaknya besok malam aja Gabriel minta maaf sama dia."

Setelahnya ketiga orang itu menikmati pelukan yang sudah lama tidak mereka rasakan. Hati Gabriel lega sekarang. Benar kata Cantika, berdamai dengan keadaan lebih baik daripada menyimpan dendam yang tidak berkesudahan.

AZKAIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang