Part 36

5.9K 303 23
                                    

Jangan lupa vote dan komennya.

Happy reading

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Hening. Itulah yang dirasakan Azka ketika memasuki apartemennya. Tidak ada suara bahkan tanda-tanda kehadiran dua wanita yang dia cintai, entah kemana kedua wanita itu berada saat ini yang pasti lelaki itu sedikit merasa khawatir.

Bukannya apa, hubungan antara Neneknya dan Aira masih belum bisa dikatakan membaik, walau sudah ada sedikit kemajuan.

Pun sedari tadi hati Azka tidak tenang sebenarnya meninggalkan Aira, takutnya Nenek Rina akan berbuat macam-macam pada Aira. Tapi Azka yakin kalau Neneknya itu tidak mungkin akan melakukan hal sejahat itu.

Azka meletakkan sepatunya di rak sepatu. Yang di sana terdapat beberapa pasang sepatu miliknya dan juga milik Aira.

Memilih melangkah menuju kamarnya, siapa tahu kedua wanita yang dicarinya berada di sana. Dan benar saja, sesampainya dikamar, Azka yang hendak membuka lebar pintu kamar yang sedikit terbuka itu, seketika ia urungkan saat melihat dengan mata kepalanya sendiri, bagaimana Neneknya begitu perhatian kepada Aira.

Lantas Azka tersenyum melihat pemandangan yang sangat langka itu, mata hitam legam milik lelaki itu terus memperhatikan gerak-gerik Neneknya. Dari yang memijat kepala Aira, mengoleskan minyak kayu putih ke perut Aira, mengatur suhu ruangan di kamar dan terakhir menyelimuti Aira.

Mungkin ini adalah pertanda kalau Neneknya sudah mulai menerima Aira sebagai cucu menantunya. Hanya saja wanita tua itu mungkin malu untuk mengakuinya.

Mungkin teringat bagaimana dulu dia begitu menentang pernikahan Azka dan Aira, bahkan tak segan menuduh Aira adalah perempuan yang tidak benar.

Sebegitu mudahnya Allah membolak-balikkan hati seorang hambanya, ibaratnya seperti membolak-balikkan telapak tangan, sangat mudah. Azka tak henti berterimakasih kepada Allah karena  sudah mengabulkan doanya selama ini. Akhirnya hati Nenek Rina luluh juga.

"Hm! Nenek ngapain?" Azka berdehem keras kemudian bertanya.

Nenek Rina spontan berdiri, tangannya yang sibuk mengelus wajah Aira pun terpaksa ia jauhkan, Wanita itu gelagapan melihat kehadiran Azka di ambang pintu. Sejak kapan cucunya itu berada di sana?

Bola mata Nenek bergerak gelisah. Seperti memikirkan sesuatu, mungkin memikirkan alasan yang tepat sebab hampir tertangkap basah.

"Nenek cuma lihat-lihat kamar kalian aja kok, Azka. Nenek cuma mau memastikan, apakah Aira merapikannya atau tidak? Siapa tahu kan dia itu malas-malasan kalau di apartemen." Jawab Nenek Rina gugup dengan alasan yang terdengar tidak masuk akal bagi Azka. Wanita itu terlihat takut jika Azka melihat perbuatannya tadi, kan Nenek Rina jadi malu.

Azka hanya mengangguk-anggukkan kepalanya lantas lelaki itu tersenyum geli, rasanya lucu melihat tingkah Neneknya, persis anak kecil.

"Kenapa kamu senyum-senyum kayak gitu?" Ketus Nenek Rina.

"Nggak kok Nek, mungkin tadi Azka salah lihat kali ya? Kalau Nenek sedang mengusap wajah Aira."

"Kamu salah lihat itu, Nenek tuh bukannya mengusap wajah Aira tadi, tapi Nenek cuma mau menepuk nyamuk di pipi Aira." Alibi Nenek Rina.

Kembali Azka tersenyum, Neneknya ini tetap tidak mengaku. Lelaki itu pun hanya mengangguk. "Mungkin Azka memang salah lihat tadi." Gumamnya.

Keduanya terdiam beberapa saat hingga Azka memilih memeluk Nenek Rina.

"Azka udah lihat semuanya kok tadi." bisik Azka.

Tentu Nenek Rina tidak terkejut mendengarnya, ia sudah mengira dari awal bahwa Azka memang sudah mengetahuinya, wanita itu pun hanya diam sebab sudah lelah memikirkan kebohongan selanjutnya.

AZKAIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang