Part 26

5.5K 306 4
                                    

Jangan lupa vote dan komennya

Agar aku semakin semangat buat lanjutin cerita ini.

Happy reading

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم


Mendapat kabar bahwa Fira sakit, Azka yang hendak berangkat ke sekolah memilih menemui Fira terlebih dahulu untuk melihat bagaimana kondisi keponakannya saat ini.

Di sepanjang jalan, Azka berusaha untuk fokus mengendarai motornya. Sebab, pikirannya dari semalam hingga kini selalu tertuju kepada Aira.

Apalagi ketika mengingat pembicaraan antara dirinya dan Kakaknya kemarin. Memang Azka sudah memberitahukan segalanya kepada kakaknya itu. Respon Kak Taria tak jauh berbeda dari yang lainnya. Kak Taria tak segan menampar pipi Azka sampai perempuan berusia 27 tahun itu puas.

Hingga tangan Kak Taria sampai memerah dan terasa sakit barulah Kak Taria menghentikan tamparannya itu. Azka memang pantas mendapatkannya. Sejauh ini mengenal Aira, karyawannya itu adalah sosok gadis yang baik, begitu menjaga dirinya dari yang bukan mahram, orangnya jujur, sopan, tutur katanya lembut dan rajin beribadah. Tapi bisa-bisanya malah di rusak oleh adiknya sendiri.

Tiba-tiba mata Azka berkaca-kaca di sebalik kaca helm, ada rasa haru dan bahagia secara bersamaan yang menyeruak di dalam hatinya saat mengingat ucapan Kak Taria kemarin. Juga perasaan sedikit marah sebab sesuatu sudah di rahasiakan darinya.

Walau ucapan tersebut masih belum terbukti kebenarannya. Akan tetapi Azka yakin karena dia sudah melihat sesuatu yang di berikan oleh Kak Taria kemarin. Yang kini di sembunyikannya di dalam tas. Bahkan Azka sampai menaruh sesuatu itu di sebuah tempat persegi panjang berwarna merah yang di atasnya terdapat pita merah. Baginya benda kecil itu sangatlah berharga, maka dari itu ia simpan di tempat yang spesial.

Hari ini Azka akan berbicara serius kepada Aira, tak peduli perempuan itu yang akan terus menghindarinya. Azka harus sedikit memaksa Aira, masalah mereka ini harus segera di selesaikan dan keputusan Azka sudah bulat. Lelaki itu juga sudah membicarakan soal ini kepada keluarganya, mereka begitu mendukung keputusan Azka. Hanya saja Neneknya yang belum tahu hal itu dan Azka akan memberitahu secepatnya.

Motor Azka berhenti di perkarangan rumah Kak Taria. Tak lupa sebelumnya dia menyapa Pak satpam yang membuka pagar rumah. Lelaki itu bergegas turun dari motornya, memasuki rumah Kak Taria sembari mengucapkan salam, bertepatan dengan Bang Tara yang tengah menuruni tangga.

"Assalamu'alaikum, bang."

Bang Tara sempat terkejut. Namun beberapa detik Abang iparnya itu terlihat bernapas lega melihat kehadirannya.

"Wa'alaikumussalam. Kebetulan kamu ke sini, Ka." Azka menatap bingung.

"Bisa tolong bujuk Aira untuk menemui Fira di sini? Dari tadi Fira terus merengek ingin bertemu dengan Aira. Abang nggak tega lihatnya." pinta Bang Tara dengan sendu.

"Kasihan Fira, dari tadi dia nggak berhenti nangis. Abang udah coba hubungi Aira tapi nomornya nggak aktif."

"Sekarang Abang ada meeting mendadak dan kata sekretaris Abang, meeting nya nggak bisa di batalin. Jadi, bisa tolong bawa Aira ke sini?"

"Hm. Azka akan berusaha."

Azka menghela napas, jadi ini yang menyebabkan Fira jatuh sakit. Saking dekatnya Fira dan Aira, sampai-sampai ketika Aira menjauh memberikan efek yang besar kepada Fira. Kasihan keponakannya itu, ini salah dirinya, tapi Fira malah ikut kena imbasnya.

Yang Azka lihat, Aira bukan hanya menjauh, melainkan Aira juga tidak menanggapi ocehan Fira lagi, menolak segala permintaan Fira dan kadang tidak memperdulikan Fira seperti dulu lagi.

AZKAIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang