Part 13

5.2K 274 2
                                    

Jangan lupa vote dan komen agar aku semangat untuk lanjutin cerita ini.

Happy reading

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم


Aira masih terdiam di tempat duduknya. Bel pertanda istirahat sudah berbunyi dari lima menit yang lalu, terlihat kelas XI IPA 1 sudah sepi, hanya menyisakan beberapa orang saja di dalamnya termasuk Aira dan Azka.

Kalau saja hari ini Aira tidak sedang berhalangan pasti gadis itu sudah pergi ke masjid sekarang untuk sholat dhuha. Daripada harus duduk bersama Azka di dalam kelas dengan suasana semakin canggung di antara keduanya.

Entahlah kenapa lelaki itu enggan beranjak dari duduknya untuk sekedar pergi ke kantin. Mungkin karena tidak ada Adit, biasanya Azka akan langsung bergegas ke kantin jika di ajak oleh Adit ataupun Nanda dan Nando.

Tangan Aira terulur ke laci meja untuk mengambil kotak bekalnya di sana. Niatnya dia akan makan di taman belakang sekolah saja. Dia tidak nyaman untuk makan di depan Azka sementara lelaki itu tidak makan.

Baru juga meletakkan kotak bekalnya di atas meja, tiba-tiba sebuah tangan mengambil kotak bekalnya itu. Aira menoleh cepat, menghela napasnya tatkala bekalnya sudah berada di tangan Azka.

"Balikin, Ka."

Azka menghiraukan ucapan Aira. Lelaki itu beranjak dari duduknya dengan membawa kotak bekal Aira sekaligus menarik lengan baju kebesaran milik Aira, mau tak mau gadis itu pun ikut beranjak. Aira di buat kesal, memang hobi Azka sekarang adalah menarik lengan bajunya.

"Lepasin, Ka."

Aira meronta minta di lepas saat Azka hendak menariknya keluar kelas. Dia tidak ingin menjadi pusat perhatian anak-anak Merpati dan untungnya sekarang koridor sepi jadi Aira merasa sedikit tenang.

Azka menghentikan langkahnya di depan kelas, bukannya melepas malahan lelaki itu semakin erat memegang lengan baju Aira, walau Aira berulang kali mencoba melepas tarikan itu.

"Mau kamu apasih Ka?" Kesal Aira, nada suaranya sedikit meninggi.

"Jangan ngehindar dari gue, bisa?" Ucap Azka datar.

"Terserah aku. Itu hak aku mau menghindar dari kamu atau nggak. Ingat, kita itu bukan siapa-siapa, Ka. Dan satu lagi, hilangin perasaan kamu ke aku mulai dari sekarang."

"Apasih yang buat kamu tertarik sama aku? Aku orangnya biasa aja, Ka. Padahal banyak cewek yang ngejar kamu yang lebih dari aku. Tapi kenapa harus aku, Ka? " Balas Aira.

"Udah ngomongnya?"

Azka memasukkan satu tangannya ke dalam saku celananya. Mata tajamnya menatap manik coklat di depannya yang enggan menatapnya balik. "Nyatanya ngomong itu nggak semudah ngelakuinnya, Ra. Lo mudah nyuruh gue buat hilangin perasaan gue ke Lo, tapi asal Lo tau, nggak mudah bagi gue ngelakuin itu. Ini soal hati, Ra."

"Jangan Lo tanya kenapa gue milih Lo dari sekian banyak cewek yang ngejar gue. Dan jangan nyuruh gue buat hilangin perasaan ini, karena hati dan perasaan gue nggak bisa di paksa dan di bohongi, Ra. Kalau hati gue milihnya Lo, ya tetap Lo. Ngerti?"

Aira terdiam di tempatnya setelah mendengar penuturan Azka. Ada hal aneh yang dia rasakan, jantungnya berdebar, perasaan apa ini? Dan Azka mengambil kesempatan itu untuk kembali menyeret Aira.

"Mau kemana?"

"Ke kantin, temenin gue makan. Pasti Lo laper kan? Kita makan bareng." ajak Azka.

"Aku nggak mau."

"Harus mau. Ini permintaan gue yang pernah Lo tawarin waktu itu, Lo Masih ingat kan?"

Aira mengangguk. "Tapi jangan di tarik kayak gini, bisa? Kaki aku sakit."

AZKAIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang