Part 14

5K 285 6
                                    

Jangan lupa vote dan komen agar aku semangat untuk lanjutin cerita ini.

Happy reading

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

"Cukup, Nek!" Bentak Gabriel keras.

Inilah yang Gabriel tidak suka dia selalu di banding-bandingkan dengan Azka. Rasanya Gabriel ingin menonjok seseorang jikalau bukan neneknya lah yang berada di
depannya ini.

"Gabriel, kakek tidak pernah mengajarkan kamu meninggikan suaramu kepada orang yang lebih tua." Tegur Kakek Rino.

Pria yang rambutnya sudah memutih itu menatap sendu cucunya yang dia rawat sejak umur tiga tahun karena di tinggal oleh kedua orangtuanya. Begitu banyak perubahan pada diri Gabriel sekarang, cucunya semakin berandalan.

"Kalian itu sama aja, dari kecil sampai sekarang hanya Azka, Azka, dan Azka yang kalian sayangi dan perhatikan, padahal Azka sudah cukup mendapatkan kasih sayang dari orangtuanya. Sedangkan Gabriel? Dari kecil orang tua Gabriel udah ninggalin Gabriel, Kek, Nek. Seharusnya kalian lebih menyayangi Gabriel!"

Gabriel terkekeh sebentar. "Tapi apa? Sedari kecil kalian lebih menyayangi Azka! Sementara Gabriel...selalu kalian banding-bandingkan padahal di sini Gabriel lah yang butuh kasih sayang lebih dari kalian berdua, bukan Azka!" Jelas Gabriel dengan mata yang sudah berkaca-kaca, mengeluarkan segala keluh kesahnya selama ini dan perasaan sesak yang terpendam di hatinya. Ck! Kenapa dia menjadi lemah seperti ini sih.

Tidak ingin meneteskan air matanya dan terlihat lemah di hadapan kakek neneknya. Gabriel memilih pergi begitu saja tanpa pamit terlebih dahulu.

"Gabriel." Panggil Kakek Rino.

Langkah Gabriel terhenti. Sekedar melihat wajah kakek dan neneknya saja ia enggan. Dia menunggu Kakek Rino untuk berbicara.

Kakek Rino mendekat beberapa langkah. Menatap punggung tegap cucunya dengan perasaan bersalah dan sedih.

"Kamu salah paham, Gabriel. Bukan hanya Azka yang kami sayangi dan perhatikan, tetapi kamu juga Gabriel. Tidak mungkin kakek dan nenek yang merawat kamu dari kecil tidak menyayangi kamu. Kamu tau kan gimana kondisi Azka waktu kecil? Tubuhnya lemah dan mudah sekali sakit. Sementara kamu, kamu cucu kakek yang kuat sedari kecil. Makanya kakek dan nenek selalu memberi perhatian lebih kepada Azka, tapi kami berdua tidak pernah lupa untuk memberikan kamu kasih sayang dan perhatian juga."

"Apa kasih sayang yang kami berikan selama ini tidak cukup? Percayalah, kami sangat menyayangi kamu Gabriel." Terang Kakek Rino.

"Kakek sangat merindukan cucu kakek yang dulu. Yang bersikap manja sama kakek, bercerita sambil peluk-peluk kakek dan selalu buat kakek terhibur dan tertawa karena tingkah lucunya. Bukan cucu yang pembangkang seperti sekarang. Maafkan Kakek dan Nenek kalau kurang memberimu kasih sayang, Gabriel. Dan maafkan kami yang sudah gagal mendidik kamu, sampai kamu berubah menjadi seperti sekarang ini."

Setetes air mata jatuh di pelupuk mata Gabriel. Hatinya sedikit terenyuh mendengar ucapan Kakeknya. Dia juga merindukan kebersamaan mereka dulu. Tapi saat mengingat keluarga besarnya selalu membandingkan dirinya dan Azka, membentuk pribadi Gabriel menjadi sosok yang berandalan.

Lelaki itu menghapus kasar Air matanya lalu kembali melanjutkan langkahnya untuk pergi dari rumah yang penuh dengan kenangan masa kecilnya.

***

Sebuah motor sport melaju kencang di jalanan yang lenggang. Gabriel, sang pengendara motor itu semakin melajukan motornya untuk melampiaskan segala emosi dan sesak di dalam dadanya.

AZKAIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang