Part 37

6.1K 301 6
                                    

Jangan lupa vote dan komennya.

Biar aku semakin semangat buat lanjutin cerita ini

KOMEN NEXT BANYAK-BANYAK YA GUYS, KALAU MAU AKU DOUBLE UP.

Happy reading

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Aira yang tadinya tenang jadi was-was seketika, tidak mungkin Azka akan menagih haknya malam ini kan?

"Aku mau..."

"M-mau apa?" Tanya Aira yang di landa kegugupan.

"Mau kamu melepas hijab kalau lagi bersama aku, Ra." Bisik Azka. Lelaki itu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini lagi. Mumpung Aira menawarkan janji.

Sontak Aira terdiam, hatinya mencelos seketika mendengar permintaan Azka. Memang selama dua minggu lebih pernikahan mereka ini, Aira masih mengenakan hijabnya di depan Azka yang notabenya adalah suaminya sendiri. Orang yang paling berhak atas dirinya.

Selain sudah terbiasa menutup auratnya, perempuan yang begitu tertutup itu sangat malu apabila memperlihatkan rambutnya di depan orang lain. Walau sesama perempuan sekalipun, terkecuali Bi Sumi dan Dinda, orang yang sangat Aira percayai.

Pun jika Aira membuka hijabnya di hadapan orang lain, dia sangat risih dan tidak nyaman bahkan ia merasa seolah-olah seperti sedang bertelanjang saja. Dia butuh waktu untuk menyesuaikan diri.

Aira kira selama ini Azka tidak mempermasalahkan ketika dirinya mengenakan hijab di depan lelaki itu, tetapi tenyata dugaannya salah.

Bahkan ketika tidur pun Aira masih mengenakan hijabnya, mungkin sudah lama Azka ingin mengutarakan hal ini, hanya saja laki-laki itu baru berani sekarang, pikir Aira.

Dan menurut Azka, mungkin tanpa di suruh Aira akan tahu dengan sendirinya. Namun semakin Azka biarkan, nyatanya tidak merubah keadaan apapun, Aira masih enggan melepas hijabnya.

Azka sedikit menjauhkan tubuhnya. Melihat keterdiaman Aira, lelaki itu menampilkan senyum tipisnya, cukup mengerti dengan perasaan Aira.

"Kalau kamu nggak mau juga nggak apa-apa, Ra. Itu hak kamu dan aku juga nggak memaksa kamu buat lepas hijab kok." Tutur Azka lembut sembari mengusap puncak kepala Aira.

"Tapi ada baiknya kamu melepasnya saat bersama aku, Ra. Selain membuat kamu nyaman dalam beraktivitas, juga dapat pahala nantinya sebab kamu sudah menyenangkan hati suami kamu ini." Jelas Azka.

Aira menatap penuh bersalah ke arah Azka, memang benar apa yang di katakan Azka. Mereka sudah menjadi suami istri, tidak masalah jika Azka melihat auratnya. Tapi masalahnya Aira malu, walau Azka sudah pernah melihat dirinya tanpa hijab bahkan lebih dari itu sekalipun tetap saja Aira malu. Dia begitu menjaga dirinya.

Seketika hening dan canggung menyelimuti kamar ini. Hingga akhirnya Azka membuka suara.

"Kalau gitu aku ganti baju dulu, Ra." Kata Azka sembari beranjak dari tempat tidur.

Mata coklat Aira bergerak pelan mengikuti setiap langkah Azka yang kini berdiri di depan lemari, memunggungi nya hendak melepas baju. Segera mungkin Aira mengalihkan pandangannya saat Azka pun turut melirik ke arahnya sekilas ketika lelaki itu mulai menaikkan bajunya sehingga setengah tubuh suaminya itu terlihat.

Selang beberapa menit lelaki itu pun  akhirnya kembali dan bersiap untuk tidur. Sebelum merebahkan diri, Azka mengibas tempat tidur mereka terlebih dahulu. Seperti sunah rasulullah.

"Ra..." Panggil Azka.

Karena tak mendapat sahutan, Azka yang sebelumnya sudah mematikan lampu kamar mereka menggantinya dengan lampu tidur lalu hendak berbaring pun menoleh ke arah Aira yang duduk termenung di tepi kasur.  Pasti ucapannya membuat perempuan itu jadi kepikiran.

AZKAIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang