Part 21

5.5K 295 2
                                    

Jangan lupa vote dan komennya

Happy reading

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Seorang gadis yang menggunakan dress merah menyala bertali spaghetti selutut itu menatap sekeliling kamar miliknya yang sedari tadi sudah ia hias sedemikian rupa. Saat mendekorasi kamar di apartemen miliknya, senyum manis tak pernah luntur dari bibirnya ketika membayangkan bahwa sebentar lagi lelaki yang bernama Azka An-Nugraha akan menjadi miliknya seutuhnya.

Taburan bunga berwarna merah membentuk love menghiasi kasur putih dan sebagian lantai serta lilin di sekitarnya yang sudah dinyalakan menambah kesan romantis dari kamar tersebut.

Melihat ke arah jam dinding gadis itu berdecak sebal, dia mondar-mandir dengan tidak sabaran sebab sudah hampir satu jam ia menunggu seseorang yang sangat ia cintai dan sampai sekarang orang tersebut tak kunjung datang juga. Mana masih belum ada kabar lagi dari Abangnya,
di hubungi pun tidak aktif.

Untung dia baru menyalakan lilin jika tidak, sudah dipastikan lilin itu akan meleleh dan menghancurkan segala kesan romantis yang ada nantinya, sebelumnya dia sempat di kabari oleh Abangnya bahwa sebentar lagi rencana mereka akan berhasil dan Abangnya ity menyuruh dirinya untuk segera bersiap. Pasalnya Abangnya itu akan membawa lelaki yang di cintai ke hadapannya. Tentu setelah Abangnya itu membawa gadis pujaan hatinya terlebih dahulu ke rumah mereka. Mendengar kabar tersebut gadis itu memekik kegirangan sampai meloncat-loncat kecil saking bahagianya.

"Ck! Lama banget sih. Awas aja kalau rencana ini gagal, mana ponselnya nggak aktif lagi." Gerutunya sembari terus mencoba menghubungi Abangnya.

Bel apartementnya berbunyi membuat gadis itu menghentikan langkahnya sembari menoleh ke pintu, raut wajah sumringah terpatri di wajahnya. Gadis itu berlari kecil untuk membuka pintu.

Ceklek

"Sialan!" Umpat lelaki yang kepalanya di tutup oleh tudung Hoodie dengan wajah yang tertutup masker itu. Masuk ke kamar sang Adik dengan ringisan yang tak henti keluar dari bibirnya.

"Loh, kok Lo sendiri sih, Bang. Azka mana? Kan Lo udah janji mau bawa Azka ke sini, tapi kok dia nggak ada?"

Gadis berambut sebahu itu celingukan di depan pintu. Lalu menghampiri Abangnya yang sudah duduk di kasur untuk meminta penjelasan.

"Berisik! Rencana kita gagal."

"Hah?! Kenapa bisa gagal sih! Lo bilang rencana kita sebentar lagi berhasil dan sekarang apa? Ini pasti gara-gara Lo kan? Lo nggak becus tau nggak! Kalau dari awal gue yang bertindak, pasti rencana kita udah berhasil!" Suara gadis itu meninggi.

"Enak banget Lo nyalahin gue, Rindi! Iya, rencana kita memang hampir berhasil tadi, tapi itu sebelum Azka datang dan menyelamatkan Aira. Puas Lo!"

Lelaki itu membuka tudung Hoodie dan masker yang menutupi wajahnya hingga wajahnya yang babak belur terlihat jelas oleh adiknya yang tak lain adalah Rindi, gadis berdress merah tadi.

"Ya ampun Bang Beni! Muka Lo kenapa? Siapa yang udah berani buat Abang gue babak belur ini hah?!"

Ya, lelaki yang membuat Aira tidak sadarkan diri dan membawa Aira ke kamar pribadi yang ada di cafe serta ingin memiliki Aira seutuhnya adalah Beni. Lelaki yang sudah lama memendam rasa kepada Aira bahkan rela berpenampilan seperti lelaki yang sholeh untuk mendapatkan hati Aira, gadis cantik nan manis yang memikat hatinya.

Namun, walaupun sudah berpenampilan bak lelaki Sholeh dan bertutur kata yang baik hanya di hadapan Aira. Ingat, di hadapan Aira, tapi itu tidak membuat Aira meliriknya sama sekali. Malahan gadis itu kerap kali menghindar dan menjaga jarak diantara mereka.

AZKAIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang