Part 42

4.7K 283 8
                                    

Jangan lupa vote dan komennya ya

Karena satu vote dari kalian itu sangat berharga bagi aku.

Happy reading

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Hari ini entah kenapa mata Aira terasa berat sekali, perempuan itu mati-matian menahan rasa kantuk yang menyerangnya karena menghargai guru yang sedang mengajar di depan sana.

Mendengar suara pak Tono yang sedang menjelaskan materi membuat kantuk Aira semakin menjadi, suaranya terdengar seperti nyanyian penghantar tidur saja.

Beberapa kali kepala Aira oleng hingga berakhir membentur bahu Azka. Perempuan itu sedikit meringis lalu hendak mengucek matanya yang memerah lantaran menahan kantuk. Tapi baru mengucek matanya sebuah tangan dengan cepat mencegahnya.

Azka menggelengkan kepalanya pelan. Inilah akibatnya ketika Aira memendam rasa ngidamnya semalam karena tidak ingin mengganggu waktu istirahatnya. Yang berakhir perempuan itu tidak bisa tidur dengan nyenyak dan mengantuk seperti sekarang ini.

Dengan lembut Azka membawa kepala Aira untuk bersandar di bahunya. Saat itu juga mata Aira sudah terpejam erat, wajahnya terlihat damai sekali. Napasnya pun mulai teratur.

Karena posisi bangku yang terletak paling pojok membuat Azka dengan santai berbuat demikian, walau ada beberapa teman sekelasnya yang melirik ke arah mereka. Tapi Azka tak ambil pusing, ia hanya memberikan tatapan tajam saja membuat beberapa dari mereka langsung mengalihkan pandangannya ke depan.

Begitu juga dengan Pak Tono yang melihatnya, guru itu hanya diam saja. Dia masih serius menjelaskan materi.  Sesekali matanya melirik Aira yang sudah tertidur, dia cukup mengerti akan kondisi Aira.

Memang semua guru sudah mengetahui bahwa Aira dan Azka sudah menikah.
Juga Aira yang sedang hamil.

Kakek Rino lah yang memberitahunya. Pria tua itu juga memberi amanah untuk para guru agar jangan terlalu membuat cucu menantunya kelelahan saat di sekolah dan meminta pengertiannya tentang kondisi Aira.

"Aira kenapa, Ka?" Tanya Melisa sembari membenarkan letak kacamatanya juga hijabnya yang ia sampirkan di kedua bahu.

Tak terasa bel istirahat sudah berbunyi, niatnya Melisa ingin mengajak Aira ke kantin.

"Tidur." Jawab Azka singkat.

"Yah... Padahal aku mau ngajak dia ke kantin."

"Bareng kita aja Mel!" celetuk Nando.

"Cie, cie... Ada apaan nih Lo berdua." Goda Nanda pada Abangnya dan Melisa.

Membuat yang di goda mendengus mendengarnya. "Ya udah ayo." Ajak Melisa pada Nando meninggalkan Nanda, Adit, Azka dan Aira.

"Kita duluan ya, Ka." Ucap Adit yang di susul oleh Nanda.

"Hm." Balas Azka seadanya karena Lelaki itu tengah sibuk mencatat materi di buku tulis Aira. Biar nanti istrinya itu tidak perlu repot-repot menyalin catatan miliknya.

Dalam keadaan masih menyenderkan kepala di bahu Azka, Aira menggeliat kecil lalu tak lama netra cokelat itu terbuka, seperkian detik membulat sempurna saat menyadari kelas sudah kosong, yang itu artinya waktu jam istirahat telah tiba. Melihat jam di dinding, kurang lebih setengah jam Aira tertidur.

AZKAIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang