Assalamu'alaikum...
Jangan lupa vote dan komen
biar aku tambah semangat
untuk lanjutin cerita iniJangan lupa follow akun wp aku
Happy reading...
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Pagi menyapa, jarum jam menunjukkan pukul 06.15 WIB. Setelah menyelesaikan pekerjaan yang wajib tiap paginya ia kerjakan yaitu menyetrika seragam Salsa dan dress Tante Bela untuk ke kantor, gadis yang sudah lengkap dengan seragam sekolahnya serta hijab di kepalanya itu tengah berkutat di dapur, membuat nasi goreng untuk sarapan pagi Salsa dan Tante Bela, sekalian untuk bekalnya ke sekolah.Sebenarnya Bi Sumi tadi sempat melarang Aira untuk memasak, wanita paruh baya itu juga hendak mengambil alih kegiatan Aira. Namun Aira kekeh ingin memasak dan menyuruh Bi Sumi mengerjakan pekerjaan yang lain saja. Bi Sumi tidak enak hati sebenarnya, tapi karena paksaan Aira akhirnya Bi Sumi pun menurut saja.
Soal kejadian semalam, Aira tidak menceritakannya kepada siapapun termasuk Bi Sumi. Gadis itu tidak mau menambah beban Bi Sumi karena selama ini Aira sadar bahwa dia sudah begitu banyak merepotkan wanita paruh baya itu.
Hanya dirinya dan Azka yang tahu tentang kejadian semalam.
Aira melirik ke arah tangga, Tante Bela dan Salsa masih belum turun juga, mungkin mereka masih tertidur pulas. Bagaimana tidak, keduanya sama-sama pulang larut malam.
Salsa yang pulang tengah malam sebab nongkrong bersama Rindi dan teman-temannya yang lain. Sedangkan Tante Bela pulang larut malam karena menyelesaikan pekerjaannya yang menumpuk di kantor.
Memang semenjak ayahnya tiada, wanita itulah yang menggantikan posisi ayahnya menjadi pemimpin perusahaan.
Aira mencicipi nasi goreng buatannya. Dirasa sudah pas, gadis itu pun memindahkannya ke dalam kotak bekalnya dan mangkok berukuran sedang lalu menaruhnya di atas meja makan.
Aira mengeluarkan sepedanya yang sudah di perbaiki kemarin oleh Mang Asep di garasi. Lalu mulai mengayuh sepedanya menelusuri jalanan, gadis itu menghirup udara pagi yang begitu menyegarkan. Sesekali angin berhembus yang memuat hijabnya bergerak seiring hembusan angin itu.
Sesampainya di gerbang sekolah, Aira memarkirkan sepedanya di jejeran motor siswa-siswi SMA Merpati. Tiba di kelasnya yang hanya ada beberapa orang saja di dalamnya, Aira langsung duduk sembari melepas tas ranselnya.
Sambil menunggu teman sekelasnya berdatangan ada baiknya Aira menyempatkan diri untuk membaca Al-Qur'an. Aira masih ingat perkataan Bundanya dulu yang selalu menyuruhnya untuk membiasakan diri membaca Al-Qur'an setiap hari walau hanya satu ayat saja.
Waktu itu Aira mengiyakan saja tapi terkadang ia malas untuk mengerjakannya. Dulu dia masih minim soal agama, bahkan Aira sering meninggalkan sholat dan tidak menutup aurat. Tapi kini gadis itu sudah berubah. Proses hijrahnya di mulai saat beberapa hari setelah kematian Ayahnya yang berselang 3 bulan dari sang Bunda, akibat kecelakaan mobil yang ayahnya alami.
Pada saat itulah segala nasihat-nasihat yang orangtuanya berikan seakan menyentuh hati Aira yang membuat gadis itu memutuskan untuk berhijrah.
Mendengar kebisingan di bangku bagian depan. Aira beranjak dari duduknya, empat siswi yang ternyata sedang asyik bergosip itu cukup mengganggu Aira dalam membaca Al-Qur'an. Empat siswi itu ternyata adalah orang yang sama pernah Aira nasehati untuk tidak bergosip, bukannya memperbaiki malah mereka semakin menjadi, di nasehati pun malah mereka yang balik memaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZKAIRA
Spiritual°Jangan lupa follow sebelum baca° Aira Mutya. Seorang perempuan yang memantapkan hatinya untuk berhijrah. Mulai dari mencoba menutup aurat dan taat beribadah. Begitu banyak rintangan yang harus di hadapi oleh Aira di kala proses hijrahnya. Namun per...