Happy readingبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Di pagi hari yang tidak terlalu cerah dan juga tidak mendung di hari Minggu ini, sangat mendukung Azka untuk mengajak istrinya itu jalan-jalan santai di sekitar komplek perumahan, mumpung ia sedang libur.
Sambil menuntun kedua tangan istrinya, Azka senantiasa memberi semangat dan sesekali membuat lelucon guna menghibur Aira yang nampak sudah kelelahan berjalan dengan perut besarnya.
Membuat perempuan hamil itu tak kuasa menahan tawanya. Bagaimana tidak, wajah yang selalu datar jika berhadapan dengan orang yang tidak terlalu dekat dengannya, kini terlihat begitu lucu ketika berekspresi demikian.
Azka yang melihat Aira tertawa pun jadi ikut tertawa. Azka yang semula di depan kini berpindah di samping Aira. Lelaki itu menggenggam erat tangan istrinya sambil menghirup udara pagi yang begitu segar.
Di karenakan sudah mendekati hari persalinan, dokter Dita yang tak lain adalah Tante Azka menyarankan Aira untuk memperbanyak gerak agar mempermudah proses persalinan nanti. Maka dari itu Azka berinisiatif mengajak Aira untuk jalan-jalan seperti sekarang ini.
"Azka, udahan dulu, aku capek." Keluh Aira.
Azka mengangguk lalu menuntun Aira untuk duduk di bangku panjang yang tak jauh dari posisi mereka saat ini.
"Minum dulu."
Azka berjongkok di depan istrinya. Setelah Aira meneguk air yang di berikan oleh Azka, lelaki itu dengan penuh kelembutan melap keringat yang bermunculan di pelipis Aira. Aira tersenyum sambil memejamkan matanya, suaminya ini sangat perhatian sekali.
"Kakinya pegel nggak?" Aira mengangguk.
"Eh, mau ngapain?! Jangan, Ka." Cegah Aira saat Azka meletakkan kedua kakinya di paha lelaki yang sudah duduk di sampingnya itu.
"Azka, turunin." Titah Aira namun di hiraukan Azka.
"Tunggu bentar Yang, selesain dulu aku pijitnya."
"Ih, udah, kesannya aku nggak sopan tau sama suamiku sendiri."
"Nggak sopan gimana? Cuma pijit kaki doang, Yang." Bantah Azka. "Pasti pegal ya kakinya? Bengkak juga, sakit nggak?" Tanyanya kemudian.
"Pegal sih iya, tapi kalau sakit nggak juga. Udah biasa kok kalau bumil kakinya bengkak. Udah turunin, Ka. Aku nggak enak. Tuh di lihatin orang." Tunjuk Aira ke arah beberapa orang yang lewat di jalan.
"Biarin aja."
Lelah memaksa Azka, akhirnya Aira pun memilih diam menikmati pijatan suaminya di kakinya yang terasa pegal, sangat nyaman sekali.
Aira pun beralih memandang lekat wajah tampan suaminya dari samping. Melihat wajah serius juga perhatian yang Azka berikan membuat Aira begitu beruntung bisa mendapatkan sosok suami seperti Azka.
Sadar jika sedang di perhatikan, Azka masih melanjutkan kegiatannya tanpa mau memandang Aira balik. Bukannya apa, lelaki itu tengah salting, jadi sebisa mungkin dia menyembunyikan rasa saltingnya itu agar tidak terlihat oleh Aira.
Namun berbeda dengan Aira yang sudah tahu jika suaminya itu tengah salting. Pasalnya ia hafal betul, lihatlah telinga lelaki itu sudah memerah.
Perempuan itu membelai lembut rambut hitam acak-acakan milik Azka seraya tersenyum geli. "Aku nggak bisa bayangin deh kalau cewek-cewek di sekolah kita itu tau kalau kamu bisa seperhatian ini, Ka. Nggak kayak biasanya, dingin dan cuek saat di sekolah. Aku yakin seratus persen deh mereka itu pasti bakalan heboh dan teriak-teriak nggak jelas melihatnya. Dan juga, mereka pasti semakin berandai-andai bisa milikin kamu. Padahal mah kamu udah ada yang punya."
KAMU SEDANG MEMBACA
AZKAIRA
Espiritual°Jangan lupa follow sebelum baca° Aira Mutya. Seorang perempuan yang memantapkan hatinya untuk berhijrah. Mulai dari mencoba menutup aurat dan taat beribadah. Begitu banyak rintangan yang harus di hadapi oleh Aira di kala proses hijrahnya. Namun per...