Part 38

6K 296 4
                                    

Jangan lupa vote dan komennya.

Karena satu vote dari kalian itu sangat berharga bagi aku.

Happy reading

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Azka merebahkan tubuh mungil yang berada di gendongannya itu ke kasur pelan-pelan. Takut pergerakannya itu bisa membangunkan sang istri yang kini sudah terlelap dalam tidurnya. Melepas hijab panjang yang Aira kenakan agar perempuan itu merasa nyaman dalam tidurnya, dengan perlahan walau sedikit kesusahan. Terakhir, menyelimuti istrinya sebatas dada serta mengatur suhu ruangan di dalam kamar mereka.

Helaan napas keluar dari mulut lelaki itu, pun tatapannya berubah sendu ketika melihat keadaan istrinya yang begitu kacau. Jejak air mata yang sudah mengering di pipi, mata sembab dan hidung yang memerah lantaran tidak berhenti menangis selama di perjalanan pulang tadi. Hingga menyebabkan perempuan itu kelelahan dan berakhir tertidur.

Usai pertengkaran antara Azka dan Beni yang di lerai oleh pak satpam dan juga Gabriel yang baru tiba tadi. Azka segera memeluk istrinya dengan erat, menenangkan Aira yang nampak begitu shock dan ketakutan. Pun tatapan matanya nampak kosong.

Di elusnya punggung yang bergetar hebat itu lalu perlahan menurunkan kedua tangan Aira yang tengah menutup telinga. Menghadapkan wajah yang tertutup niqab itu ke dada bidangnya, sebisa mungkin ia menenangkan Aira lewat kata-katanya.

Sontak tangis Aira kembali pecah setelah membalas pelukan Azka, perempuan itu menyembunyikan wajahnya di dada bidang suaminya yang sedikit menenangkan perasaanya saat ini. Menyalurkan kesakitannya dengan mencengkram baju bagian belakang milik Azka.

Perempuan itu masih tidak menyangka akan mendengar pengakuan langsung dari orang yang selama ini dia sangka baik, yang ternyata adalah dalang atas hilangnya kehormatannya.

Isak tangis Aira begitu menyayat hati Azka, lelaki itu sampai ikut meneteskan air matanya lantaran tidak tega melihat kondisi Aira yang seperti ini. Merasakan tubuh di dekapannya ini mulai melemah tanpa menunggu lama lagi Azka segera menggendong tubuh Aira untuk di bawa pulang ke apartemen mereka.

Tak lupa sebelum meninggalkan supermarket Azka sempat meminta Gabriel untuk bertukar kendaraan dengan dirinya, sekalian meminta bantuan kepada Gabriel untuk mengurus semua belanjaan mereka. Tanpa menjelaskan apa yang sedang terjadi antara dirinya dan Beni kepada Gabriel yang terlihat sekali bahwa sepupunya itu begitu penasaran.

"Jangan kayak gini, Ra. Aku nggak tega lihatnya." Lirih Azka sembari mengelus rambut Aira.

Memberikan kecupan singkat di dahi perempuan itu lalu berkata, "aku janji akan membalas perbuatan lelaki itu dengan setimpal atas rasa sakit yang kamu rasakan selama ini, Ra. Tapi kamu harus sabar ya... Karena aku akan berusaha mengumpulkan bukti-bukti itu supaya lelaki itu tidak akan mengganggu kamu lagi." Gumam Azka sebelum meninggalkan Aira.

"Ceritain ke gue sekarang soal pertengkaran Lo sama Beni tadi." Ucapan to the point itu membuat Azka yang hendak mengambil air minum di dalam kulkas tersentak kaget.

Lelaki itu menoleh singkat ke arah Gabriel yang sudah duduk di sofa sembari bersedekap dada. Menatap ke arahnya dengan intens.

"Semua belanjaan gue mana?" Bukannya menjawab Azka malah baik bertanya sembari menuangkan air ke dalam gelasnya.

Gabriel berdecak kesal dan gemas secara bersamaan. "Tuh, di atas meja makan." Tunjuk Gabriel.

"Cerita ke gue sekarang, kenapa Lo sama Beni bisa berantem?" Tanya Gabriel penasaran.

"Beni ngaku."

"Hah?"

Azka turut mendudukkan diri di sofa berhadapan dengan Gabriel. Meneguk air putihnya sebelum kembali berkata, "Beni ngaku kalau dia yang udah jebak gue."

AZKAIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang