Part 40

5.6K 294 5
                                    

Jangan lupa vote dan komennya ya

Karena satu vote dari kalian itu sangat berharga bagi aku.

Happy reading

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Di ruang tamu terdapat dua bumil yang sedang asyik menonton televisi di temani dengan berbagai macam cemilan yang hampir memenuhi meja ruang tamu, saking banyaknya cemilan tersebut. Mereka adalah Dinda dan Aira. Tak ada lagi obrolan diantara keduanya, hanya lah suara televisi yang mendominasi ruang tamu ini.

Setelah tadi puas mengobrol dan berbagi cerita satu sama lain serta saling berbagi pendapat . Kini kedua bumil itu hanya memfokuskan diri menonton televisi yang menayangkan sebuah kartun Masha and the Bear di sana. Sesekali keduanya akan tertawa tatkala melihat tingkah lucu dan menggemaskan Masha. Lalu mereka akan di buat kesal akan tingkah nakal Masha.

Hingga tanpa sadar beberapa bungkus cemilan berukuran sedang ludes di makan oleh salah satu bumil tanpa bumil itu sadari, maklum pandangannya sedari tadi hanya berpusat ke arah televisi saja. Bumil itu adalah Dinda. Menginjak 5 bulan usia kandungannya, perempuan itu sering sekali merasa lapar walau beberapa menit yang lalu baru saja selesai makan.

Tak ayal Dinda sering kali mengadu pada Adit soal berat badannya yang bertambah juga tubuhnya yang kian berisi. Respon suaminya seperti biasa, Adit selalu menyakinkan Dinda bahwa dia akan selalu menerima sang istri apa adanya walau nanti bagaimanapun keadaannya.

Adit sama sekali tidak mempermasalahkan tubuh Dinda yang semakin berisi. Wajar, ibu hamil jika makan bukan untuk dirinya sendiri, melainkan juga anaknya. Malahan Adit senang, selain nutrisi anak mereka tercukupi, dia juga senang melihat Dinda yang terlihat lucu dan semakin menggemaskan dengan tubuh berisinya.

Beralih ke Aira, jika Dinda sibuk makan cemilan, beda halnya dengan bumil satu ini. Perempuan itu tidak menyentuh sama sekali cemilan Dinda. Sebelumnya dia sudah mencicipi sedikit cemilan yang sempat di tawarkan oleh Dinda lantaran sedikit merasa tergiur melihat cara makan sahabatnya itu.

Tapi karena rasa mual yang tiba-tiba menyerang ketika ia mencicipi cemilan itu membuat Aira mengurungkan niatnya untuk memakan cemilan yang sudah di sediakan oleh Dinda. Melihat Dinda yang lahap sekali memakan cemilan saja Aira sudah di buat kenyang.

Dinda sendiri tentu memikirkan Aira juga, masa ia asyik makan sementara Aira ia biarkan hanya menontonnya? Dinda bukanlah orang yang seperti itu. Maka Dinda pun menawarkan buah mangga kepada Aira karena cukup mengerti dengan kondisi sang sahabat. Dan Aira spontan mengangguk semangat.

Membayangkannya saja sudah membuat Aira menelan ludahnya, tak bisa di pungkiri lidahnya ingin mengecap rasa asam akhir-akhir ini. Jadilah Aira kini fokus pada mangganya sedangkan Dinda pada cemilannya.

"Masih belum kenyang juga?"

Aira sedikit meringis melihatnya, bagaimana tidak, sebelum makan cemilan tadi, Dinda sempat mengatakan kalau perempuan itu baru saja menghabiskan nasi goreng buatan Adit. Aira berpikir sejenak, apakah sahabatnya itu tidak kekenyangan?

Dinda menoleh dengan pipi yang sedikit mengembung lantaran mengunyah.

"Ya Allah sampai belepotan gini, Din." Dengan telaten Aira mengusap remahan wafer yang menempel di wajah Dinda.

"Udah kok, tapi habisin wafer ini dulu, Ra, nanggung soalnya."

"Kamu nggak mau nih bantuin aku habisin wafernya?" Tawar Dinda.

Aira menggeleng pelan. "Nggak ah, nanti aku mual lagi. Untung aja nggak muntah-muntah tadi. Kalau udah muntah badan aku lemas banget, Din." keluh Aira.

"Dan kamu tau nggak satu-satunya cara untuk meredakan rasa mual aku?" Dinda menatap Aira penasaran. "Apa?" Tanya nya.

AZKAIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang