Seperti biasa jangan lupa vote dan komennya agar aku semakin semangat buat lanjutin cerita ini.
Happy reading...
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Hari ini tepatnya hari sabtu, Ujian Akhir Semester telah usai. Sorak kegembiraan terdengar ketika siswa maupun siswi satu-persatu mulai keluar dari kelas mereka masing-masing.
Perasaan lega dan raut kebahagiaan begitu terpancar di wajah mereka. Bagaimana tidak, akhirnya beban yang mereka pikul selama beberapa hari musnah sudah.
Layaknya burung yang terlepas dari sangkarnya, begitulah yang mereka rasakan sekarang yaitu merasakan kebebasan.
Setelah ini, mereka tidak akan di sibukkan lagi dengan yang namanya belajar tiap malamnya. Dan juga mereka sudah terbebas dari soal-soal ujian yang kadang kala cukup memusingkan kepala mereka.
Di sepanjang koridor, kehebohan tak dapat terhindarkan ketika siswa maupun siswi mulai membahas tentang rencana liburan. Terlebih kaum perempuan, yang begitu heboh dan sangat antusias menceritakan rencana liburan mereka kepada sekumpulan temannya.
Rasanya mereka tidak sabar menunggu sampai hari sabtu mendatang. Yang dimana hari itu adalah hari pembagian raport, selain ingin cepat-cepat liburan untuk mengistirahatkan tubuh dan pikiran yang lelah sehabis bertempur dengan soal ujian. Mereka juga penasaran dengan nilai mereka dan ingin segera melihat hasil kerja keras mereka dalam belajar selama beberapa hari ini.
Namun ketika siswa-siswi nampak heboh dan antusias bertukar cerita, lain halnya dengan Azka. Lelaki bertindik di sebelah kiri itu baru saja keluar dari kelas, tentu teman sekelasnya menatap keheranan ke arah Azka. Tidak biasanya lelaki itu agak sedikit belakangan mengumpulkan lembar jawabannya, biasanya dialah yang paling awal mengumpulkan.
Wajah laki-laki itu pun nampak lesu, kantung matanya sedikit menghitam. Pun lelaki itu terus saja menguap, tentu tak lupa menutup mulutnya.
"Maaf ya Mang Ujang, Azka jadi ngerepotin." Kata Azka setelah mendudukkan diri di bangku penumpang.
"Nggak ngerepotin kok Den. Malahan Mang Ujang seneng bisa bantu Aden."
Azka hanya memberikan senyum tipisnya. Kemudian mata tajam itu beralih menatap Aira yang menatap penuh bersalah ke arah Azka, bahkan mata perempuan hamil itu sudah berkaca-kaca.
"Maaf."
Entah sudah yang ke berapa kali kata maaf meluncur dari bibir istrinya pagi hari ini. Lelaki itu menghela napas untuk kesekian kalinya, Azka pun jadi jengah sendiri mendengarnya, apa perempuan itu tidak bosan terus meminta maaf kepadanya? Padahal ini bukan sepenuhnya salah Aira.
"Kalau kamu ngucapin kata maaf sekali lagi, siap-siap aku cium, Ra." ancam Azka.
"Kamu nggak salah, oke?" Lanjutnya menenangkan Aira yang terus menatapnya penuh bersalah.
"Kalau aja se---"
Ucapan Aira terhenti ketika Azka memajukan tubuhnya hingga hidung mancung keduanya bersentuhan. Aksi tatapan pun tak dapat terhindarkan selama beberapa detik.
"Mau aku cium, hm?" Aira menggeleng cepat.
Lalu dengan gemas Azka menggesekkan hidungnya ke hidung milik Aira, menyadarkan perempuan itu dari keterkejutannya akan ulah Azka yang tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZKAIRA
Spiritual°Jangan lupa follow sebelum baca° Aira Mutya. Seorang perempuan yang memantapkan hatinya untuk berhijrah. Mulai dari mencoba menutup aurat dan taat beribadah. Begitu banyak rintangan yang harus di hadapi oleh Aira di kala proses hijrahnya. Namun per...