Part 25

5.7K 301 12
                                    

Jangan lupa vote dan komennya

Agar aku semakin semangat buat lanjutin cerita ini.

Happy reading

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Huek huek

Entah sudah berapa kali Aira bolak-balik ke kamar mandi, yang pasti malam ini perutnya terasa sangat mual. Namun anehnya, hanya cairan bening saja yang keluar. Perempuan itu membasuh mulutnya setelah puas menuntaskan rasa mualnya, menatap dirinya dipantulan cermin Aira bingung sebenarnya dia sakit apa?

Perempuan dengan piyama bergambar kartun Masha and the bear itu mendudukkan diri di tepi ranjang. Tangannya terulur mengambil minyak kayu putih di atas nakas lalu mulai mengoleskannya di bagian perut. Setelah merasa sedikit membaik Aira membuka hijab instannya. Rambut hitam nan panjang hampir sepinggang itu tergerai indah saat Aira melepaskan ikat rambutnya.

Netra cokelatnya terpejam seiring tangannya yang memijat pelipis saat rasa pusing masih terasa, membuat rambutnya sedikit tersisih ke depan
menutupi sebagian wajahnya.

Bersamaan itu pintu kamarnya di buka oleh Bi Sumi yang membawa nampan berisi teh hangat untuk Aira. Setelah meletakkan nampan di atas nakas, Bi Sumi ikut bergabung bersama Aira.

"Masih pusing sama mual?" Tanya Bi Sumi.

Aira mengangguk pelan. "Masih, Bi."


"Aira bingung kenapa akhir-akhir ini Aira itu suka pusing sama mual, Bi. Padahal Aira nggak makan sembarangan kok. Aira juga nggak ada penyakit magh."

Bi Sumi terdiam kaku mendengarnya lalu tak lama wanita itu menatap Aira dalam.

"Kenapa Bi, kok lihatin Aira kayak gitu?" bingung Aira.

Wanita itu menggeleng kemudian tersenyum tipis. Tangan sedikit keriput itu mengusap rambut panjang Aira yang tergerai indah.

"Bibi mau taanya sama, Non." Menghela nafas sejenak lalu Bi Sumi memberanikan diri untuk bertanya pada Aira. Ia mulai menatap serius wajah Aira sambil berkata, "kapan terakhir Non datang bulan?" Tanya Bi Sumi seperti berbisik.

Deg

Jantung Aira bergemuruh hebat dan nafasnya tercekat saat mengingat kapan terakhir ia datang bulan. Lingkaran merah di kalender bulan ini sudah lewat beberapa Minggu dan sampai kini ia belum juga datang bulan.

Dengan pelan bola mata Aira bergerak menoleh ke arah Bi Sumi. Hatinya kalut dan gelisah. "Bi..."

"Nggak mungkin kan kalau Aira..."

Setetes air mata perempuan itu jatuh sesaat setelah tangannya menyentuh perut ratanya. Aira menggelengkan kepalanya berulang kali, menyangkal segala dugaan-dugaan yang berkeliaran di kepalanya, berharap apa yang sedang di pikirkannya tidak akan menjadi kenyataan.

"Kalaupun memang iya, sabarnya di perkuat lagi ya, Non. Ingat, Bibi itu selalu ada untuk Non, selalu mendukung dan tidak akan meninggalkan Non di saat kondisi Non sedang terpuruk." Ujar Bi Sumi memberi semangat.

"Non mau tes pakai ini?"

Aira menatap alat test kehamilan yang Bi Sumi sodorkan dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Dia menyangkal kalau dirinya tidak hamil. Tapi melihat gejalanya akhir-akhir ini, itu sudah cukup membuktikan.

AZKAIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang