Part 9

5.1K 282 8
                                    

Assalamu'alaikum...

Maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan.

Hanyalah penulis pemula yang masih banyak belajar lagi

Vote dan komennya jangan lupa
Biar aku tambah semangat buat lanjutin cerita ini

Happy reading...

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Sebelum benar-benar meninggalkan taman belakang sekolah, Aira masih sempat membantu Salsa untuk berdiri walau tangannya langsung di tepis kasar karena sudah menyentuh Salsa.

Langkah kaki yang terbalut sepatu hitam itu terdengar nyaring di sepanjang koridor yang sepi ini, tatkala sang pemilik yang tak lain adalah Aira berlari kencang menghiraukan bel masuk yang sudah berbunyi.

Baginya sekarang, bunyi bel tidaklah penting, melainkan yang paling penting sekarang adalah ia harus segera menyusul Adit yang mungkin sudah berada di parkiran agar Aira bisa ikut bersama membawa Dinda ke rumah sakit, ingin melihat langsung bagaimana kondisi sahabatnya itu. Jujur Aira takut, khawatir dan cemas secara bersamaan. Aira takut terjadi sesuatu dengan kandungan Dinda.

Sesampainya di parkiran, mobil Adit ternyata sudah melesat keluar gerbang sekolah. Aira menghentikan langkahnya sembari menatap mobil Adit dengan tatapan nanar.

Gadis itu sedikit membungkukkan tubuhnya dengan kedua tangan bertumpu di lutut seraya mengatur napasnya yang ngos-ngosan.

"Aira!!"

Aira menoleh kebelakang ternyata Nanda, Nando dan Azka yang berlari menghampirinya dengan raut khawatir.

"Kalian?"

"Ra, kita dapat kabar dari Adit kalau Dinda masuk rumah sakit." Ucap Nanda.

"Iya, Ra. Emangnya si Dinda kenapa?" Tanya Nando.

"Perut Dinda terbentur pegangan bangku, Do." Sontak Nando, Nanda dan Azka terkejut mendengarnya.

"Astaga, terus gimana kondisinya?" Tanya Nanda sementara Azka hanya diam menyimak walau di dalam hati ikut khawatir akan kondisi istri sahabatnya itu.

"Tadi Dinda begitu kesakitan dan terus meremas perutnya, Nan. Aku nggak tega lihatnya tadi, terlebih saat melihat bercak darah di rok Dinda. Aku takut terjadi sesuatu sama Dinda dan juga kandungannya." Lirih Aira.

Aira menunduk sedih. "Ini semua gara-gara aku. Kalau aja Dinda nggak membela aku tadi, ini semua pasti nggak akan terjadi. Dinda pasti akan baik-baik aja, begitu juga dengan kandungannya."

"Ceritain kejadian ini dari awal sampai akhir, Ra." Akhirnya Azka membuka suaranya.

Aira pun mulai menceritakan kejadian tadi yang berawal dari Dinda yang tiba-tiba datang membela dirinya, Dinda yang beradu mulut dengan Salsa hingga Salsa mendorong tubuh Dinda yang membuat perut Dinda terbentur tepat di pegangan bangku dan terakhir Aira melihat darah di rok Dinda. Sepanjang bercerita ketiga lelaki itu dibuat geram dan marah akan perbuatan Salsa.

"Emang bener-benar yah tuh anak, suka banget bikin ulah. Tapi ini udah keterlaluan banget!" marah Nando.

"Bener Do, baiknya tuh anak di kasih pelajaran biar jera dan nggak ngejar-ngejar Adit lagi. Tapi apa ya?" sambung Nanda.

"Percuma, dia bakalan tetap ngejar-ngejar Adit." timpal Azka.

Ucapan Azka ada benarnya juga, Salsa tidak mungkin menyerah mengejar orang yang sudah dicintai sejak SMP itu. Terlebih dia belum mengetahui hubungan Adit dan Dinda yang sebenarnya. Yang Salsa tahu Dinda dan Adit hanya saudara sepupu saja.

AZKAIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang