Kai tidak pernah tahu bahwa karangan bebasnya mengenai semua kejelekan Fattah akan meluncur seperti bola salju dan menggulung begitu besar. Kabar mengenai Fattah yang bawel dan tukang gosip, tukang bongkar aib mantan pacar, pelit, sampai nggak modal akhirnya terdengar hingga ke mana-mana. Semua orang yang tidak benar-benar mengenal laki-laki itu banyak yang percaya.
Gosip itu akhirnya sampai ke telinga Fattah. Ia mencecar orang yang bergosip itu dan bertanya dari mana asal mulanya berita itu terdengar. Mereka sepakat menyebut nama Gita. Fattah akhirnya tahu siapa dalang dibalik pencemaran nama baiknya. Fattah tahu apa yang harus ia lakukan pada gadis itu.
Sebelum ke fakultasnya, ia mampir ke fakultas ekonomi dan memarkirkan motornya di sana. Ia membawa satu kantong di tangannya dan berjalan menaiki tangga saat melihat gadis itu tidak ada di kantin dan di koridor lantai dasar.
Fattah mengindahkan tatapan yang mengiringi perjalanannya menyusuri lorong lantai dua. Ia melongok ke jendela-jendela kelas untuk mencari keberadaan orang yang ia cari.
"Itu dia." Ia melihat Kai ada di kelas paling ujung. Ia masuk dan membuat kelas yang awalnya riuh itu menjadi tenang seketika. Semua orang seperti mendapatkan teriakan perintah tiarap dari polisi.
Kai menatap Fattah yang berjalan mendekatinya. Laki-laki itu tersenyum. Senyum yang entah kenapa membuat perasaan tak enak langsung menyeruak. Semua orang seperti terhipnotis. Semua terdiam dengan tatapan mengikuti langkah Fattah hingga laki-laki itu sampai di depannya.
Fattah memutar kursi di depannya dan duduk di sana. Laki-laki itu menaruh satu kantong di depannya.
"Apaan, nih?" Kai tersadar. Ia mengeluarkan isinya. Satu cup es kopi dari Kedai Kopi Pahit.
"Titipan." saat mengatakan itu, Fattah berbisik. "dari Kak Rayi." tambahnya. Masih dengan nada pelan yang hanya bisa didengar oleh gadis itu.
Mata Kai berbinar, mulutnya sedikit terbuka. Fattah tersenyum manis.
Laki-laki itu berdiri dari duduknya lalu mengusap pucuk kepala Kai sebelum keluar dari kelas. Kai tidak bisa fokus pada apapun lagi. Ia hanya menatap cup kopi di depannya dengan tatapan memuja. Ia tersadar saat semua teman-temannya berkerumun di sekeliling. Menatapnya dengan tatapan penasaran.
"Lo pacaran sama Fattah?" Amel bertanya.
"Dih. Ya nggak, lah." Kai langsung membantah.
"Terus ngapain dia ngasih ini?" Semua mata kini menatap cup di atas mejanya.
Kai memutar bola matanya, namun tidak mendapatkan jawaban apapun. "gue nitip." kata gadis itu akhirnya.
"Sedekat apa sampai bisa nitip?" Kai tidak tahu itu suara siapa.
"Habis ditolak terus jadi teman. Emang bisa?" Kai melemparkan tatapan membunuh pada salah satu teman laki-lakinya. Laki-laki yang ia bilang kalau tertawa bisa selebar mulut kuda.
"Gue nggak pernah ditolak!" sentak gadis itu. Sejak kejadian di kantin, banyak orang menyimpulkan bahwa cintanya bertepuk sebelah tangan pada Fattah. Orang mengira ia bersikap galak karena habis ditolak. Sungguh, itu sangat mencemari nama baiknya.
***
Setelah selesai kelas, Kai pergi ke kedai biasanya. Ia tahu apa yang harus ia lakukan. Ia perlu berterima kasih atas cup kopi yang Rayi berikan cuma-cuma. Kakinya melangkah memasuki kedai yang tidak terlalu ramai. Ia langsung bisa menangkap keberadaan Rayi di salah satu meja. Pria itu sibuk dengan laptop di atas meja.
"Hai... Kak..." Kai menyapa. Ia menarik napas untuk mengurai rasa gugupnya. Namun seperti biasa, senyum itu langsung menyambutnya. Kai masih tidak mengerti kenapa bisa ada lelaki seramah itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/325342162-288-k892603.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Little Words [TAMAT]
HumorKai, gadis tomboy dan cuek yang tiba-tiba jatuh cinta. Hal yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Perlahan, gadis itu mulai mengubah penampilannya. Ia menjadi lebih rapi dan berusaha terlihat seperti seorang gadis pada umumnya. Ia pergi ke kedai k...