Kai benar-benar tidak punya rencana apapun di hari cutinya. Sejak awal, ia memang hanya ingin beristirahat di rumah. Tapi karena Fattah tidak membiarkannya pulang, ia akhirnya menghabiskan hari di rumah laki-laki itu. Ia menolak ajakan laki-laki itu untuk pergi berjalan-jalan.
Setelah menghabiskan dua jam lebih di home theater, keduanya beralih ke perpustakaan. Sementara Fattah langsung duduk di meja dan membuka laptopnya, Kai mendekati lemari penuh buku dan melihat-lihat. Kai sudah membaca sejak dulu. Itu salah satu kegiatan yang biasa ia lakukan jika ia sendirian dan bosan di rumah. Dan koleksi buku di ruangan ini sangat lengkap. Segala jenis buku ada dan di susun rapi berdasarkan genre.
Dulu Kai sudah buku-buku romance, tapi semakin dewasa kesukaannya bergeser menjadi buku-buku bertemakan psikologis dan thriller. Tangannya mengambil sebuah buku dan membalik buku tebal itu untuk membaca sinopsis di cover belakangnya.
"Aku mau baca ini, tapi tebal banget. Jadi nanti aku bawa pulang ya kalau nggak selesai." Kai mengangkat buku di tangannya dan menoleh pada Fattah di meja.
"Bawa, Sayang. Bawa aja semua yang mau kamu baca." ujar Fattah. Ia melihat Kai menjatuhkan bobotnya di sofa dekat jendela. Selama beberapa saat keheningan menyelimuti keduanya.
Jika punya waktu, Fattah selalu ingin mengajak Kai berjalan-jalan. Pergi ke tempat-tempat menarik. Melakukan banyak kegiatan seperti pasangan pada umumnya, ataupun hanya sekedar berbelanja. Tapi, Kai memang sulit ditebak. Seperti saat ini, gadis itu lebih memilih tetap di rumah. Menonton film dan sekarang membaca buku. Ia tidak pernah mengerti bagaimana gadis itu tidak pernah jenuh berada di dalam ruangan dengan waktu yang lama.
"Kai, kamu punya rencana liburan dalam waktu dekat nggak?" Fattah bertanya. Ia melepas sejenak pandangannya dari layar laptop di depannya.
"Akhir bulan niatnya sih mau ke Yogya." Kai menjawab tanpa menoleh.
"Sama siapa?"
"Sendiri." Lagi, Kai menjawab cepat tanpa melepas tatapannya dari lembaran buku di tangannya.
"Apa enaknya sih, jalan-jalan sendiri?" Fattah tidak bisa menyembunyikan nada bingung dalam suaranya.
"Kenapa harus ramai-ramai kalau bisa sendiri." Kali ini Kai menatap Fattah, "sendiri kan lebih bebas. Aku nggak pernah mau bergantung sama orang lain."
Lagi, ada banyak hal yang membuat gadis itu berbeda dengan gadis lainnya.
"Tanggal berapa? Kalau aku free, aku ikut, ya." pintanya.
"Dih, ngapain? Jangan ah."
"Ih, pelit banget."
"Aku nggak lama soalnya. Cuma mau nyobain gondola di pantai Timang." jawab Kai. Kali ini ia benar-benar fokus pada laki-laki di belakang meja. "Kecuali kamu juga mau ikut nyobain naik gondolanya." tambahnya.
"Ayo. Gondola doang." katanya dengan nada meremehkan. "Pantai Timang, ya?" Fattah membuka pencarian di layar laptop dan terkejut saat melihat wisata yang dimaksud Kai.
"Kamu serius mau naik ini?" Fattah menatap video di layar. Di mana sebuah gondola yang ditarik secara manual menyeberangi lautan lepas dari pantai ke karang di tengah laut dengan ombak besar di bawahnya. Ia tiba-tiba saja membayangkan jika terjadi kecelakaan, orang dalam gondola akan langsung jatuh ke laut, dan jasadnya mustahil ditemukan. Ia langsung menggeleng-gelengkan kepalanya. Mengusir jauh-jauh imajinasi buruknya.
"Iya. Seru kan?"
"Seru dari mana? Ini kelihatannya aja nggak safety." Gondola dari kayu dan tali tambang yang menopangnya terlihat meragukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Little Words [TAMAT]
HumorKai, gadis tomboy dan cuek yang tiba-tiba jatuh cinta. Hal yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Perlahan, gadis itu mulai mengubah penampilannya. Ia menjadi lebih rapi dan berusaha terlihat seperti seorang gadis pada umumnya. Ia pergi ke kedai k...