Bagaimana rasanya loncat dari ketinggian empat puluh tujuh meter? Kai akan merasakannya sebentar lagi. Ia menarik napas dalam-dalam. Petugas di sampingnya memberikan semangat dan memintanya tenang. Pengaman di kakinya sudah terpasang, juga kamera go pro di pergelangan tangan kanannya.
"Ready?" Petugas pria di samping Kai memastikan.
Kai mengangguk.
"All right. Let's do this."
Kai mulai merasakan irama jantungnya menggila. Ia menghela napas panjang-panjang saat petugas mulai menghitung mundur.
"Three... two..."
"Wait..." Kai menyela sebelum hitungan selesai. Ia berusaha mengurai detak jantungnya yang sudah serupa deburan ombak. Ia bisa merasakan tubuhnya gemetar. Telapak tangannya bahkan terasa dingin. Pria itu tersenyum kecil.
"There are a few supporters down there."
Kai mengikuti arah pandangan pria itu dan menyadari bahwa di bawah, beberapa orang tengah melihatnya dan bersorak seraya memberikan semangat.
Kai menggigit bibirnya dan bersiap kembali.
Setelah yakin, ia mengangguk pada pria di sampingnya dan orang di sana mulai menghitung mundur.
"Five... four... three... two... one..."
Kai merentangkan tangan saat memulainya. Ia terjun. Perlahan tubuhnya terbalik dan terus meluncur. Ia tidak bisa menahan teriakannya. Ia mengeluarkan semua tenaganya untuk berteriak, hingga akhirnya tangan dan kepalanya menyentuh air kolam di bawah. Kakinya ditarik lagi ke atas lalu diluncurkan lagi. Ia seperti lupa caranya bernapas saking semuanya terasa sangat cepat. Jantungnya seperti tertinggal dan ia merasakan perutnya melilit saat semuanya terjadi.
Kai tidak pernah merasa adrenalinnya terpompa maksimal seperti yang baru saja terjadi. Tapi anehnya, ia merasa senang, lega dan perasaan ingin mencoba lagi dan lagi.
Saat melepas Fattah di lobi tadi pagi, ia kembali ke kamar dan langsung mencari wisata yang wajib di kunjungi di negeri singa ini. Dalam pencariannya, ia mememukan wahana bungee jumping dan giant wing dekat pantai. Ia tidak berpikir dua kali dan pergi ke sana setelah membersihkan diri.
Karena ia berpencar dengan Gio dan Jani, mereka memutuskan bertemu di suatu tempat untuk makan siang. Fattah memberondongnya dengan pesan bernada khawatir saat ia bilang akan mencoba bungee jumping setinggi empat puluh tujuh meter. Laki-laki itu memintanya mencari wisata lain. Tapi, Kai selalu tahu tidak ada yang bisa menghentikannya selain dirinya sendiri. Ia hanya mengirim pesan pada laki-laki itu bahwa ia berhasil membuang semua ketakutannya.
***
"Kai, lo bareng kita, kan? Gio bawa mobil kemarin." Jani bertanya saat mereka menyeberangi terminal kedatangan.
"Nggak. Gue di jemput." Kai memberitahu sambil mengutak-atik ponselnya.
"Sama siapa?" Gio yang bertanya. Nada penasaran tidak bisa disembunyikan dari suaranya.
"Eh?" Kai melepas tatapannya dari gawinya.
"Papanya lah, siapa lagi." Jani yang menjawab. Kai tersenyum kecil. Gio tak bertanya lagi.
Kai memisahkan diri dengan Jani dan Gio. Dengan ransel di punggungnya, ia berjalan menuju pintu keluar. Ia menunggu sebentar hingga akhirnya melihat sebuah mobil berhenti di depannya. Dari kaca jendela yang terbuka, ia bisa memastikan bahwa yang duduk di belakang kemudi adalah orang yang ia tunggu. Ia melesak di kursi, melempar ransel ke kursi belakang dan memakai safety beltnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/325342162-288-k892603.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Little Words [TAMAT]
HumorKai, gadis tomboy dan cuek yang tiba-tiba jatuh cinta. Hal yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Perlahan, gadis itu mulai mengubah penampilannya. Ia menjadi lebih rapi dan berusaha terlihat seperti seorang gadis pada umumnya. Ia pergi ke kedai k...