Kai tidak pernah memasang alarm setiap hari minggu. Dan tidak pernah mendapatkan telepon sepagi ini. Tapi saat ini, ponselnya terus berdering tanpa henti seperti gonggongan anjing yang diganggu. Masih memejamkan matanya, ia meraba nakas untuk mengambil benda pipih itu. Ia mengusap matanya saat menyadari bahwa nomor tidak dikenal yang tertera di layarnya.
Setelah terdiam, ia akhirnya menslide layar untuk mengangkat panggilan itu.
"Kai..." Suara orang di seberang sambungan langsung menyambutnya. Ia menghela napas kasar saat mengenali suara itu.
"Dari mana lo tahu nomor gue?" tanyanya langsung. Ia mengusap-usap matanya sambil menguap.
"Dari Gita." Kai menahan kesal saat mendengar nama itu. Ia padahal kemarin sudah marah-marah pada gadis itu karena gadis itu berbicara terlalu banyak pada orang lain. "lo baru bangun ya?"
"Gue masih tidur dengan nyenyak sebelum lo telepon." Ia menjawab dengan nada kesal. Namun suara di seberang malah tertawa.
"Ke CFD yuk." kata Fattah akhirnya. Memberitahu tujuannya menelepon gadis itu.
"Males ah." Kai melirik ke arah penunjuk waktu di kamarnya. Masih jam enam pagi.
"Gue sama Kak Rayi mau ke sana."
Mendengar nama itu, Kai langsung bangun dari posisi tidurnya. "beneran?" Ia meyakinkan.
"Benar. Gue jemput setengah jam lagi, ya."
Sambungan terputus bahkan saat Kai belum sempat menjawab. Karena mengingat ia tidak punya acara hari ini, ia memutuskan untuk menerima ajakan laki-laki itu.
***
Fattah serius dengan kata-katanya. Setengah jam kemudian, suara klakson motor laki-laki itu terdengar saat Kai sedang memakai sepatunya. Ia mempercepat gerakan tangan untuk menautkan tali sepatunya lalu keluar dari rumah dengan sepotong kaos, jaket dan celana olahraga.
"Bokap lo ada?" Fattah bertanya.
"Ngapain lo nyariin bokap gue?" Kai mendelik.
"Ya kenalan, sekali pamit."
"Nggak usah." Saat kemarin Fattah mengantarnya, ayahnya memang tidak bertemu langsung dengan laki-laki itu. Namun ayahnya mengintip lewat jendela dan langsung bertanya segala macam. Sebaiknya mereka memang tidak bertemu, apalagi berkenalan. "bokap gue udah pergi dari pagi. Nggak tahu ke mana." Kai mengambil helm yang diulurkan Fattah.
Motor Fattah berjalan ke arah Blok. M. Ia memarkirkan motornya di mall itu lalu melanjutkan perjalanan dengan transjakarta. Halte transjakarta itu penuh oleh orang-orang dengan tujuan yang sama dengan mereka. Setelah mentap kartu, mereka ikut mengantre.
"Sini aja." Fattah menarik tangan Kai untuk mengantre di area laki-laki.
"Ih, ini kan area laki-laki. Gue mau di sana aja." kata gadis itu.
"Nanti kalau lo hilang gimana? Udah di sini aja." Fattah menyentuh kedua pundak gadis itu untuk kembali ke depannya. "gue jagain."
Kai akhirnya menurut. Setiap bus mengangangkut penumpang, mereka maju sedikit demi sedikit. Namun meski hari minggu, halte itu padat seperti jam-jam kerja. Penumpang seperti piranha saat bus berhenti di depan mereka. Dorong-dorongan tidak bisa terelakan. Tubuh kurus Kai terombang-ambing. Gadis itu baru saja hendak menyumpah saat kedua lengannya terasa di pegang kuat oleh Fattah. Laki-laki itu menahan agar tubuhnya tidak semakin terdorong dari sisi kanan kiri.
Mereka masuk ke dalam bus. Sebelah tangan Kai berpegangan pada handle grip. Fattah berdiri di sebelahnya.
"Kak Rayi beneran ke sana?" Kai bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Little Words [TAMAT]
Hài hướcKai, gadis tomboy dan cuek yang tiba-tiba jatuh cinta. Hal yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Perlahan, gadis itu mulai mengubah penampilannya. Ia menjadi lebih rapi dan berusaha terlihat seperti seorang gadis pada umumnya. Ia pergi ke kedai k...