Fattah menggeliat di bawah selimutnya. Perlahan kedua matanya terbuka. Ia menoleh dan menyambar gawai di atas nakas. Ia mengecek pesan dan menyadari tidak ada pesan balasan dari Kai.
Kai adalah orang paling slow respon yang pernah ia kenal. Jika gadis itu menjadi admin toko online, dia pasti sudah ditinggalkan banyak pelanggan.
Kakinya turun dari ranjang. Ia pergi ke kamar mandi untuk mencuci wajah dan menyikat gigi lalu keluar dari kamar. Hawa sepi langsung menyergapnya. Jika tak terdengar musik apapun, berarti Andreas belum datang.
Kakinya melangkah menuju dapur. Ia membuka kulkas dan mengeluarkan kotak berisi pangsit kukus dari sana, beserta toples kecil berisi bumbu dan toples lain berisi potongan daun seledri dari frezer.
Ia mengambil pancil kecil, mengisinya dengan air, lalu menaruhnya di atas kompor yang menyala. Setelah air mendidih, ia memasukkan bumbu secukupnya, disusul beberapa potong pangsit. Ia memberikan penyedap lalu mengakhiri dengan potongan seledri. Ia mencicipinya dan menunggu sebentar.
Selagi menunggu isi panci, ia mengambil nasi dari rice cooker dan menuangkan air dari teko. Setelah kuah bergolak, ia mematikan kompor dan memindahkan sebagian isi panci ke dalam mangkok.
Ia tidak pernah merasa sesemangat ini padahal hanya ingin sarapan. Ia memulai suapan pertama. Gurih ayam mendominasi mulutnya. Rasanya enak. Ia menyuap lagi saat mendengar pintu rumahnya terbuka.
"Tumben lo udah bangun." Andreas muncul dari ruang tamu. Laki-laki itu menaruh ranselnya di sofa. "lo mau sara..." Ia tak melajutkan pertanyaannya saat menyadari bahwa Fattah tengah makan.
"Lo masak sendiri?" Ia bertanya saat sampai di depan Fattah yang masih asik mengunyah. "kelihatannya enak." Ia meneguk ludah.
"Masih ada tuh di panci."
Tak membuang waktu, Andreas mengambil nasi, memindahkan isi panci dan bergabung dengan Fattah di meja makan.
"Kai yang bikin pangsit sama bumbunya. Gue tinggal ngerebus." Fattah menjawab saat Andreas sekali bertanya asal muasal makanan itu.
"Enak..." puji Andreas. Pagi terbaik bagi Andreas juga karena ia bisa mengurangi beban pikiran akibat setiap hari selalu kebingungan harus menyiapkan sarapan apa.
***
Jam makan siang, Gio dan yang lainnya berkumpul di meja panjang di ujung ruangan. Piring-piring bekas makan sudah mereka tumpuk dan digantikan dengan piring berisi buah potong di atas meja.
"Kai..." Gio memanggil saat melihat gadis itu keluar dari ruangannya.
"Anak-anak mau ngadain latihan bulu tangkis lagi. Kalau banyak yang mau ikut, baru kita booking lapangannya?" Jani menjelaskan obrolan mereka sebelumnya.
Kai mengambil tempat di samping Gio. Tangannya mengambil buah di tengah meja dan mengunyahnya, "boleh." katanya. Kegiatan olahraga adalah satu-satunya kegiatan kantor yang mungkin ia ikuti. "kapan?"
"Jumat depan." Gio yang menjawab.
Kai mengangguk sebagai tanda setuju.
"Kai..." semua orang menoleh ke asal suara dan melihat Pak Muliawan mendekat.
"Iya, Pak."
"Di cariin." Pak Muliawan, direktur keuangan terus mendekat.
"Sama siapa, Pak?" Kai langsung berdiri dari duduknya.
"Sama kursi kamu. Katanya tumben kamu nggak tidur siang."
Kai menghela napas sementara yang lainnya tertawa. Kai menghabiskan sisa waktu makan siang mengobrol di meja itu. Hal yang jarang sekali terjadi. Semua orang tahu Kai lebih suka menghabiskan waktu untuk tidur siang.
![](https://img.wattpad.com/cover/325342162-288-k892603.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Little Words [TAMAT]
HumorKai, gadis tomboy dan cuek yang tiba-tiba jatuh cinta. Hal yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Perlahan, gadis itu mulai mengubah penampilannya. Ia menjadi lebih rapi dan berusaha terlihat seperti seorang gadis pada umumnya. Ia pergi ke kedai k...