Rencana Kai buyar sudah. Boro-boro berpikir untuk tak menganggap keberadaan Fattah, laki-laki itu malah lebih banyak bicara daripada Rayi yang sangat ia harapkan. Fattah menjadi sentral dan mendominasi semua obrolan.
"Kita dulu pernah satu sekolah, Kak." Fattah mengatakan itu pada Rayi yang langsung membuat Kai melotot. Fattah terkekeh saat melihat raut wajah Kai yang mendadak panik.
Awas saja, pikir Kai. Jika laki-laki itu membeberkan aib-aibnya pada Rayi, ia akan memberi pelajaran pada laki-laki itu.
"Oh, ya." kata Rayi sambil melirik Kai yang langsung menunduk.
"Cuma satu tahun, sih, tapi kita duduk satu meja." jelas Fattah. "galak banget dia, badannya doang cewek, tapi kelakuannya kayak preman." kata Fattah lagi yang langsung membuat Kai mendesis tajam. Ia tersenyum kaku saat melihat Rayi terkekeh.
"Kamu kali yang usil, makanya dia kayak gitu." kata Rayi yang langsung disambut anggukan kepala oleh Kai.
"Benar, Kak. Fattah yang kelakukannya kayak..." Kai tidak melanjutkan kalimatnya karena menyadari bahwa kata kasar yang akan keluar dari mulutnya.
"Setan?" Fattah yang menyambung kalimatnya. Laki-laki itu ingat saat bertemu gadis itu di kantin fakultas ekonomi dan gadis itu mengatainya setan.
"Gue nggak bilang gitu." kata Kai sambil mengangkat bahunya tak acuh.
"Tapi lo mau bilang gitu, kan?" cecar Fattah yang lagi-lagi membuat Kai berdecak. Rayi terkekeh mendengar keributan kedua orang itu.
"Udah... udah... kenapa jadi ribut beneran." kata Rayi saat keduanya tampak saling menatap dengan binar kesal yang tak bisa disembunyikan.
Kai mendengus lalu menyesap isi cupnya, Fattah melakukan hal serupa. Kai sepertinya sudah siap menabuh genderang perangnya pada laki-laki itu.
Fattah melirik jam di pergelangan tangannya lalu berkata, "ayo masuk." ajak laki-laki itu. Sebelah alis Kai terangkat, hanya untuk memastikan bahwa Fattah berbicara padanya.
"Masuk ke mana?" tanya Kai dengan nada bingung.
"Ke kelas, lah." kata Fattah.
"Lah, lo fakultas apa, gue fakultas apa." Kai mencoba mengingatkan bahwa mereka berada di jurusan yang berbeda. Jika mata kuliah laki-laki itu sudah mau dimulai, ya, pergi saja sendiri. Kenapa harus mengajaknya?
"Memang lo belum mau mulai?" Fattah bertanya dan melirik Kai yang menggeleng. "terus lo mau di sini aja? Ngapain?"
Sial, batin Kai. Kenapa juga laki-laki itu harus menanyakan itu. Kenapa laki-laki itu tidak langsung pergi saja dari sana dan membiarkannya hidup tenang. Jika seperti ini, ia harus menjawab seperti apa. Tidak mungkin ia menjawab, iya, gue masih mau ngobrol panjang lebar sama Kak Rayi. Tidak. Tidak mungkin ia menjawab seperti itu. Fattah akan curiga dan akan mengolok-oloknya jika tahu ia menyukai Rayi.
Mencari aman, Kai akhirnya bilang bahwa ia juga akan pergi dari sana. Ia melirik ke penunjuk waktu yang melingkar di pergelangan tangannya dan berpura-pura baru menyadari waktu.
"Gue duluan, Kak." kata Fattah pada Rayi yang langsung mengangguk. Kai mengulas senyum tipis dan melihat laki-laki itu membalas senyumannya.
"Hati-hati." kata Rayi pada keduanya yang hampir mencapai pintu.
Fattah mendekati motornya sedangkan Kai langsung berjalan memasuki gerbang. Setelah menyalakan mesin motornya, Fattah menjalankannya dan berhenti di samping Kai.
"Ayo naik." kata laki-laki itu.
"Naik ke mana?" tanya Kai dengan polosnya. Ia jelas tak percaya jika laki-laki itu menyuruhnya naik ke atas motor laki-laki itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/325342162-288-k892603.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Little Words [TAMAT]
HumorKai, gadis tomboy dan cuek yang tiba-tiba jatuh cinta. Hal yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Perlahan, gadis itu mulai mengubah penampilannya. Ia menjadi lebih rapi dan berusaha terlihat seperti seorang gadis pada umumnya. Ia pergi ke kedai k...