"Hei, apa kalian sudah melihat siswi baru? Dia cantik sekali!"
"Oh, ya? Di mana kau bertemu dengannya?"
Yang ditanya mengibaskan rambutnya dengan anggun. "Aku yang mengantarnya menuju ruang guru. Meski tidak sepenuhnya sampai tapi, sungguh! Aku bertaruh, cantiknya benar-benar minta ampun."
"Ck! Berhentilah berlebihan. Kau selalu seperti itu mengomentari orang. Padahal dirinya hanya terlihat biasa-biasa saja."
Gadis itu mendelik. "Kau, berhentilah mencampuri urusan orang. Tak ada yang mengajakmu bicara. Dasar!"
Bisik-bisik gosip kecil kembali berlanjut. Dua kubu yang berbeda dan terbentang berlawanan. Mempunyai dua topik pembahasan yang berbeda. Mereka mengisi waktu luang dengan cuap-cuap menunggu waktu pelajaran.
Pintu kelas mendadak terbuka. Semuanya mengambil perhatian.
"Kau ini mengejutkan kami saja."
"Aku?" Sembari menunjuk dirinya sendiri.
"Ya, kau. Sekarang minggirlah! Siswi baru itu mungkin saja akan masuk di kelas ini. Oh, astaga. Aku menantinya! Dia akan menjadi sahabatku!"
Dia yang masih berdiri di depan pintu hanya mendelikkan bahu. Berlalu menuju kursi pribadi dan berdiam diri di sana. Ikut menghabiskan waktu menunggunya dengan kegiatan lain. Tak masuk dalam kelompok manapun. Hanya sendirian dengan buku yang menjadi teman serta telinga yang tersumbat akan alunan lagu menggema lewat airpod-nya.
Dibalik kelas yang penuh akan penantian, Mahaka sepanjang jalan masih dilingkupi gugup. Vouz masih bersamanya, masih menggenggam tangannya. Lelaki itu benar-benar menjadi penanggung jawab yang mengantarnya menuju kelas.
Ada banyak warna manusia baru yang Mahaka lihat setelah bertahun-tahun. Orang-orang yang Mahaka lewati, mereka selalu memberikan reaksi yang sama. Mengangguk, membungkuk, dan tersenyum.
Menatap Vouz di samping, Mahaka bisa merasakan bagaimana wibawa lelaki itu keluar. Meski sempat menakutinya beberapa hari kemarin. Sekarang perlu pembiasaan untuk terlihat baik-baik saja.
"Masih gugup, Mahaka?"
Tanpa berpaling Mahaka mengangguk. Vouz ikut menatapnya. Menampilkan senyum yang familier, persis tak berubah seinci pun.
"Semuanya akan baik-baik saja. Aku bersamamu."
Entahlah, padahal Mahaka hanya diantar menuju kelas tapi semuanya terasa seperti akan berhadapan dengan hal yang menakutkan.
Mahaka menghela napasnya teratur. Sudah mempersiapkan diri sebaik mungkin. Di depan, tersisa beberapa langkah dalam meter Mahaka sampai di depan pintu kelas tujuan.
"Kelasmu sedikit terlambat untuk memulai pelajaran. Tentu karena aku mengurusmu lebih dulu. Mereka menundanya sejenak," ucap Vouz.
Mahaka berdeham. Keduanya benar-benar sempurna berdiri di depan sekat kelas penghubung ruang.
Vouz membukanya, bersamaan melepas genggamannya pada Mahaka. Dirinya tertinggal berdiri di luar. Vouz masuk menenangkan keadaan ruang.
"Selamat pagi semuanya."
"Pagi, Pak!"
"Kalian sepertinya sudah mendengar pasal siswi baru, ya?" Vouz beralih pada siswi yang duduk di bagian tengah barisan kedua. "Terima kasih sudah mengantarnya, Lean."
"Sama-sama, Pak. Hal itu sebuah kehormatan untukku," jawab Lean.
"Kau semangat sekali setelah mengetahuinya." Vouz sedikit melepas kekehannya menatap reaksi malu-malu Lean.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHAKA [Markhyuck]✓
General FictionNamanya Mahaka. Gadis entah berantah datang dari mana yang ingin mengubah alur kehidupan orang tuanya. Ps. much naration than dialogue