"Lalu, Mahaka bagaimana?"
Haka menelan makanannya sebentar. "Istirahat di ruang Pak Vouz," jawabnya.
Haka tidak mengikuti kelas berikutnya setelah jam istirahat. Hingga masuk pada masa senggang yang kedua. Vouz yang bilang sebentar mengurus sesuatu ternyata menguras cukup banyak waktu. Beruntung pimpinan sekolah itu memberinya izin pada kelas yang harus dia ikuti.
Maha pun begitu. Cerewetnya selama menjaga Mahaka berhasil membuat Haka tak kalah mengomelinya panjang lebar. Namun, dibalik itu Maha kesenangan karena tidak mengikuti kelasnya.
Sekarang keduanya berada di kantin, tentu bersama dengan teman-teman sebawanya. Duduk di satu meja memenuhinya dengan beragam makanan. Jangan tanyakan itu dari mana. Haka memesan makanan yang jelas lebih banyak dari yang lainnya.
Maha menatap seraya mengunyah. Haka yang terlihat makan dengan lahap punya nafsu besar. Tidak dipungkiri bahkan semua jenis makanan yang lelaki itu ambil bisa habis dengan dirinya sendiri.
"Kau benar-benar terlihat seperti babi," ucap Maha tiba-tiba.
Teman yang lainnya mendapat respon yang cukup mengejutkan. Ada yang tersedak hingga terbatuk. Bahkan ada yang sudah tidak mampu untuk menahan tawanya keluar. Juga makanan yang tengah dikunyah itu tiba-tiba muncrat keluar.
Gerakan mulut Haka terhenti. Kepalanya mengadah menatap Maha dengan pandangan polos sembari mengunyah.
"Aku yang jadi babi kenapa kau yang sibuk?" balas Haka.
"Karena aku butuhnya partner, bukan babi."
Suasana mendadak dilanda keseriusan. Haka bahkan sampai melepas alat makannya. Membersihkan sisa makanan yang berada di sekitar mulut dengan serbet yang tersedia.
Salah satu teman mereka berdeham singkat. "Aku pergi duluan, ya? Ada urusan."
Ucapannya yang kemudian beranjak dari tempat. Tidak menghitung lama yang lainnya pun ikut mengekorinya. Menyisahkan Haka dan Maha yang masih dilanda keheningan.
Dua anak lelaki itu masih saling menatap satu sama lain. Entah ada niatan untuk berbicara atau tidak. Makanan di depan mereka bahkan sudah tidak tersentuh sama sekali. Nafsu makan Haka bahkan menghilang setelah lantunan Maha.
Sedangkan Maha sendiri, dirinya masih terlihat santai dibandingkan Haka yang justru tengah serius. Matanya sedikit tajam dengan kesan yang datar. Maha tersenyum miring yang tipis membalas Haka.
"Apa kau menyinggungku sekarang?" Haka akhirnya membuka suara.
Senyum Maha kian melebar. Dirinya pun melepas alat makannya dan melipat tangan di dada.
"Kau tersinggung?" Nada Maha terkesan mengejek.
Haka mendengkus. Alisnya berkerut bertemu di ujung. Namun, bagi Maha itu adalah sebuah hiburan untuknya.
Haka gegas berdiri dari tempatnya. Tidak peduli dengan Maha yang masih tersenyum senang menjahilinya.
"Awas kau," kata Haka memperingati.
"Dengan senang hati," balas Maha dengan begitu berseri.
Wajah Haka memerah dengan pipi yang menggembung. Lelaki itu sempat berdesis sebelum pergi dari kantin. Maha yang ditinggal tertawa kecil dan kembali melanjutkan makannya. Mengambil alih milik Haka yang terlihat masih cukup banyak.
Maha menghela napas berat setelah mengangkat sendoknya.
"Dasar babi imut."
Kegiatan makan sendirinya kemudian berlanjut. Maha bertekad setelah makan ramai ini dia akan berlari mengelilingi lapangan luar. Perutnya terasa begah.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHAKA [Markhyuck]✓
General FictionNamanya Mahaka. Gadis entah berantah datang dari mana yang ingin mengubah alur kehidupan orang tuanya. Ps. much naration than dialogue