14 | Basket

49 9 0
                                    

Waktu sekolah beranjak pulang akhirnya datang. Setelah berkemas, seluruh murid lantas bergegas keluar menanti rumah. Bahkan tak sampai dalam hitungan lima menit lamanya, kelas Mahaka sudah kosong menyisahkan dirinya. Tidak, ada Haka yang masih duduk santai sembari memainkan ponsel.

"Kau tidak pulang?" Lelaki itu menyahut sembari berdiri dan menyanggah ransel di pundak.

"Akan," jawab Mahaka.

Haka mengangguk sebentar kemudian mengucapkan pamit duluan. Belum sampai keluar dari kelas dirinya kembali membalik badan.

"Tidak, kita keluar bersama. Ayo!" ajaknya kemudian.

Mahaka diam menyetujui. Berdiri setelah memasukkan barangnya ke dalam tas dan menghampiri. Kembali berjalan berdampingan dengan Haka yang kini sibuk menyantap susu karamel kesukaan.

Mood Haka tengah bagus saat ini. Setelah tadi aksi kesalnya pada Mahaka kini berlarut habis dengan sogokan susu karamel yang mungkin terhitung lima kotak banyaknya. Tidak hanya itu, Haka bahkan menggunakan kesempatan baik itu dengan membawa pulang beberapa. Seperti kantung yang tengah dia bawa, ada dua kotak susu karamel lagi di sana.

Langit sedikit gelap, awan abu-abu menggerubungi di atas. Haka mendongak kala mereka keluar dari koridor gedung utama.

"Sepertinya akan hujan. Kau dijemput?"

Mahaka berdeham singkat.

"Masih lama? Kalau begitu, akan ku temani sampai jemputanmu datang," pukasnya.

Mahaka hanya membiarkan. Haka kemudian berlalu ke meja penerimaan tamu, tempat Mahaka pertama kali disambut. Yang piket sepertinya sudah pulang sebagaimana tempat itu sudah kosong.

Mahaka masih setia berdiri, Haka sudah asik di tempatnya memainkan ponsel dengan mulut yang masih sibuk menyeruput susu.

Satu rintik hujan tertangkap mata. Perlahan-lahan mulai semakin banyak hingga begitu deras. Haka menoleh dan melantunkan kebenaran dugaannya. Sebentar hingga akhirnya kembali menatap ponsel. Haka sepertinya sedang sibuk bermain di benda pipih itu.

Tangan Mahaka mengadah, menjadikan wadah mengumpulkan air hujan. Membiarkan cairan itu membasahi kulit telapak tangan hingga menjalar ke bawah. Untuk pertama kali, rasa dingin itu terasa padanya.

Haka kembali memalingkan wajah. Menatap lekat pada Mahaka yang nampak diam dengan kegiatannya. Seakan sebuah tampilan drama menyedihkan tersuguh di depan, Haka sedikit ternyuh dalam perasaannya.

"Hoi!"

Baik Haka maupun Mahaka berbalik menatap. Segerombolan anak lelaki mendekat dengan Maha yang berjalan paling depan.

"Sedang apa di sini?" tanya Maha.

"Menunggu jemputan Mahaka," jawab Haka.

Maha menoleh, bersitatap dengan Mahaka yang hanya diam mengatup mulut rapat.

Kembali mengambil atensi ada Haka. Susu karamel yang membuat Maha menyeritkan dahi keheranan.

"Kau ini sedari tadi minum susu terus. Belum habis-habis?"

Haka melepas pipet dari mulutnya. Dia kemudian tersenyum miring penuh kesombongan.

"Asal kau tahu. Ini susu karamel ke enam yang ku minum," katanya.

"Enam? Kau haus apa dehidrasi?"

"Lebih tepatnya maniak," sahut Ren di belakang.

Haka terkekeh. Menunjukkan kantung plastik berisi susu lain.

"Aku bahkan masih punya dua lagi. Banyak, kan?"

Maha menggelengkan kepalanya. "Ya, hebat. Sampai di rumah pun kau akan hebat bertahan berjam-jam dalam kamar mandi demi meladeni buang airmu yang keras."

MAHAKA [Markhyuck]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang