25 | Benderah Merah (2)

34 9 0
                                    

Kendaraan roda empat masuk dengan begitu mulus di garasi besar. Mengambil tempat yang berjejer baik dengan kendaraan lain. Pemiliknya keluar, menggantung kunci pada papan khusus gantungan kunci kendaraan.

Pintu terbuka tanpa perlu disentuhnya. Seorang pelayan membungkuk memberi sapa selamat datang.

"Oh, ya. Apa Mahaka sudah pulang?"

"Maaf, Tuan. Tapi Mahaka hingga saat ini belum menunjukkan kedatangannya dari sepulang sekolah."

Keningnya sedikit menyerit. "Belum pulang? Apa dia sudah mengabari?"

"Sekali lagi belum, Tuan. Maaf."

"O-oh, tidak masalah. Bibi Rum tidak perlu meminta maaf."

Garukan kikuk diperlihatkan sebelum akhirnya berlalu masuk meninggalkan pelayan rumah yang menutup pintu.

Vouz masuk ke ruang kerjanya. Meletakkan tas yang sedari tadi tertenteng di tangan di atas meja. Tangannya bergerak lincah di layar ponsel mencoba untuk menghubungi seseorang.

"Ke mana gadis itu? Tidak biasanya pergi tanpa mengabari."

Panggilan itu berapa kali terulang namun tetap tidak memiliki jawaban. Vouz mendesis dengan pikiran yang kalut.

"Hoh? Kenapa menghubungi ku?"

"Kau sibuk? Bisa bantu aku?"

"Ada apa? Kau terdengar risau. Sesuatu tengah terjadi?"

"Mahaka belum pulang. Bisa kau lacak keberadaannya?"

"Oh, Mahaka. Aku kira ada apa." Panggilan terhenti sejenak. "Di sana sudah waktunya pulang sekolah, ya? Atau, sudah lewat dua puluh menit yang lalu?"

"Aku sedang tidak ingin berbasa-basi, Nick."

"Aku juga tidak," balas di telepon seberang. "Aku ingin membantu tapi aku tidak mungkin membelah diriku. Saat ini, aku berada di ruangan Mahaka."

"Sesuatu terjadi di sana?" Vouz kembali panik.

"Tidak, tidak. Memang ada yang terjadi tapi, ini bukanlah hal yang serius. Hasil analisis kembali keluar dan aku menemukan kode emosi yang perlahan mengembang. Makanya aku ke ruangan Mahaka untuk melihat reaksi tubuhnya," jelas Nick.

Vouz diam menghela napas diam-diam.

"Kenapa kau sepanik itu? Mungkin saja saat ini Mahaka tengah bersama orang tuanya. Jalan-jalan sepulang sekolah, mengenal kota baru atau sebagainya. Cobalah untuk berpikir positif. Kau sendiri yang mengatakan untuk percaya pada gadis itu, bukan?"

Pandangan Vouz terbuang menatap hamparan halaman rumah. Dari kaca jendela, samar dan tipis Vouz menatap pantulan dirinya. Senyum tipis seketika tampik di sana.

"Ya, kau benar. Aku terlalu banyak berpikir aneh sampai khawatir. Terima kasih, Nick."

"Bukan masalah."

"Kalau begitu, aku titip Mahaka yang sedang tidur bersamamu. Tolong jaga dia dan kabari aku jika terjadi sesuatu."

"Pasti, Vous. Pasti. Gadis istimewamu ini akan aman bersamaku. Asalkan bayaranku tetap jalan."

Vouz terkikik kecil. "Dasar perhitungan. Kalau begitu, aku matikan."

Panggilan berakhir setelah dehaman Nick menjadi penutupnya. Vouz kembali menghela napas seraya menaruh ponsel dalam sakunya.

MAHAKA [Markhyuck]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang