Suara Maha menggema setelah menyebut namanya. Mereka yang tengah sibuk dalam perkelahian sejenak mengambil waktu untuk menatap.
"Apa yang dilakukan gadis itu di sini?"
Sayangnya, rasa penasaran Jaiden membuat dirinya berhasil mendapat satu pukulan keras mengenai kening kirinya.
"Sialan! Berani sekali kau memukulku?!"
Mereka yang ada di sana memiliki rasa penasaran yang sama. Lebih terutama Haka yang kini mencoba untuk berdiri meski sedikit sempoyongan.
"Apa yang kau lakukan di sini? Aku sudah bilang padamu untuk jangan ikut campur," tegur Haka. Ada nada sedikit geram terbesit di sana.
Namun, Mahaka seperti menunjukkan raut yang tidak peduli. Menganggap ucapan Haka hanya selayak kicauan burung pipit di pagi hari.
"Mati kau sialan!?"
Perhatian mereka teralihkan pada Jaiden. Bahu lelaki itu naik-turun dengan napas yang berderu. Wajahnya masih terpasang kesal sebab kejadian sebelumnya.
Ren menepuk pundaknya. Jaiden masih dikuasai kesal hampir membuat lelaki negara bambu itu ikut menjadi korban kekesalan. Beruntung, Jaiden lebih cepat sadar.
Kubu lawan tumbang. Mereka tertidur dengan desisan kesakitan. Badan bergetar dan beringsut mencoba membangunkan diri.
Pusat perhatian berpaling pada Mahaka. Kedatangan gadis itu benar-benar membuat mereka dilanda heran bercampur penasaran besar. Mereka bahkan sampai berjalan mendekat dan berkerumun.
"Apa yang kau lakukan di sini, Mahaka? Bagaimana bisa kau kemari? Kau menguntit?"
Pertanyaan Jaiden terdengar seperti seorang gadis yang penasaran dengan berita gosip panas.
"Ya." Singkat dan menjadi jawaban dari semua pertanyaan.
"Kau tidak boleh berada di sini. Terlalu bahaya," tegur Maha.
"Tapi dia hebat. Setidaknya datang di waktu yang tepat," sahut Norman. Lelaki itu jelas memuji dengan senyum tipisnya.
Di waktu mereka masih sibuk mendapat kedatangan Mahaka yang tiba-tiba, korban jatuh gadis itu meringis diam-diam dan bangkit perlahan tanpa sepengetahuan.
Sebuah benda kecil keluar dari sakunya. Wajah bengis yang merah penuh dendam, menekan tombol kecil pada benda di tangan hingga pisau mengkilap yang tajam terlihat dari sana.
"Akan ku habisi kalian!"
Mereka seketika berpaling. Mendapat lawan terakhir yang berlari mendekat dengan pisau lipat di tangan. Semuanya memasang kesiapan tapi Mahaka lebih duluan bergerak.
Bugh!
Lelaki itu kembali tumbang. Tapi, kegigihannya terlihat begitu besar. Meski badannya sudah terasa sakit yang berlebihan, tapi dia masih memerintahkan tubuhnya untuk berdiri tegak.
"Kau siapa?! Huh?! Jangan ikut campur jika kau tidak ingin aku membunuhmu?!"
Mahaka diam dengan mata tajamnya. Lelaki itu tertawa sinis.
"Perempuan? Ha ha! Maha memiliki anggota perempuan? Yang benar saja." Tawa hambarnya menggema.
"Ya, meskipun kau perempuan. Kau berada di kubu yang seharusnya ku habisi sekarang juga. Maka, jangan berlutut di depanku!?"
Jaiden menutup sebelah telinganya karena teriakan lelaki itu.
"Aish ... Anak ini, hobinya hanya berteriak tidak jelas. Biar aku urus."
Jaiden maju mendekat menghampiri Mahaka tapi lelaki itu kembali berlari menyerang. Jaiden siap tangkas tapi sekali lagi Mahaka yang bertindak. Menendang perutnya dengan sekali ayun membuang sang empu membungkuk dan terbatuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHAKA [Markhyuck]✓
Fiction généraleNamanya Mahaka. Gadis entah berantah datang dari mana yang ingin mengubah alur kehidupan orang tuanya. Ps. much naration than dialogue