Penjelasan Mahaka terus terngiang di dalam kepala sedari pulang. Haka masih termenung, sejatinya terkejut dengan cara dunia ini bekerja. Mahaka tahu banyak. Perihal orang tuanya dan hubungan di luar aturan norma yang ia jalani. Kalung matahari yang seharusnya memang hanya satu itu nyatanya juga dimiliki oleh gadis itu. Tapi bagaimana? Haka bahkan tidak pernah mengungkit soal itu sama sekali.
Dia menggeleng. Sejak pulang dari lapangan, Haka mengurung diri dalam kamar. Bunda tidak banyak bertanya sesaat dia sampai di rumah. Sekadar menegur untuk tidak lupa makan malam dan setelahnya kembali sibuk dalam urusan.
Haka khawatir. Rahasianya bersama Maha memang belum dia ungkapkan sama sekali. Bahkan jika ayahnya memang pergi sebab alasan yang dikatakan Mahaka, Haka merasa tertabrak dengan sikap bundanya. Potongan-potongan petunjuk soal usahanya mencari kebenaran justru menariknya untuk kembali ke rumah. Haka bingung.
Tok
TokSuara ketukan pintu membuat Haka menoleh. Tanpa balasan izin, penghalang ruangan itu sudah terbuka sendiri sebab Bunda.
"Sedang apa?"
"Uh? Tidak ada. Bunda perlu sesuatu?"
Yang ditanyai tidak menjawab. Memilih melangkah lurus lalu duduk di tepi kasur di mana Haka sendiri berada di tengah-tengah.
"Bunda?"
"Kau seperti banyak pikiran. Ingin berbagi?"
Haka sedikit terenyuh. Kepekaan wanita itu memang tidak pernah luntur. Lekaki itu menunduk menatap tumpukan buku komik tak dibaca. Sekadar dibiarkan terbuka dan ditinggal dalam lamunan.
"Entahlah, Bunda. Haka hanya merasa sedikit bingung dengan semua yang terjadi."
Bunda sedikit bergeser naik. "Ceritakan satu. Mungkin Bunda bisa bantu jelaskan dengan pendapat Bunda."
Haka melipat bibirnya ke dalam sejenak lalu menghadap. "Apa Bunda percaya soal manusia bisa menyebrangi waktu? Seperti, ke masa depan atau lampau."
Bunda berkedip.
"Itu terdengar mustahil, kan? Tapi ... Dia mengaku melakukannya." Haka menunduk kembali.
"Dia?"
"Murid baru yang pernah kuceritakan ke Bunda. Gadis aneh yang tiba-tiba tahu segalanya tentang aku dan Maha."
"Dia mengatakan kalau berasal dari masa depan?"
Haka mengangguk. Masih setia menunduk.
Bunda berdeham cukup panjang. "Pendapat Bunda, dunia ini punya banyak kejutan, Haka."
Kali ini lelaki itu mengadah.
"Kita tidak tahu bagaimana cara dunia ini bekerja dan apa saja di dalamnya. Yang terlihat belum tentu satu-satunya penghuni yang menetap. Yang jelas terjadi belum tentu menjadi satu-satunya yang pasti. Keajaiban itu ada banyak. Terkadang berasal dari sesuatu yang tidak bisa dipungkiri dan di luar nalar."
Bunda tersenyum simpul. "Dunia ini luas, Haka. Hal apa pun bisa saja terjadi. Termasuk yang tabu sekalipun. Bunda bukan bermaksud mendukung dari apa yang dikatakan oleh gadis itu. Hanya saja, jika dalam lingkaran kita hidup masih banyak yang tidak terlihat dan belum diketahui, bagaimana dengan yang di luar?"
Haka terdiam mendengar penjelasannya. Terdengar seperti menerima dibandingkan percaya.
Bunda berdeham kasar lalu beranjak. "Istirahat lah. Jangan biasakan begadang membaca komikmu."
Wanita itu hendak berlalu keluar sebelum Haka kembali menyahut. Satu pertanyaan terlintas secara terang-terangan di kepala. Membuat bibirnya bergerak cepat penuh keyakinan tanpa keinginan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHAKA [Markhyuck]✓
General FictionNamanya Mahaka. Gadis entah berantah datang dari mana yang ingin mengubah alur kehidupan orang tuanya. Ps. much naration than dialogue