Waktu seakan berjalan dengan begitu cepat. Hari ini menjadi hari yang kedua belas bagi Mahaka di sekolah masa lalu. Tepatnya mendekati dua minggu.
Kedekatan Mahaka dengan Haka, Maha dan teman-teman lainnya berjalan semakin dekat dan baik. Penduduk sekolah, dari murid hingga pengajar juga sudah mengetahui itu. Secepat berita gosip yang beredar dengan sekali tepuk tangan. Vouz sendiri yang mendengarnya pun ikut merasa senang dan tenang.
Kali ini mereka berada di kantin sekolah. Kembali duduk dengan satu banjar meja bersama. Mahaka berhadapan dengan Haka yang berdampingan dengan Maha. Sebelah lelaki itu ada Jaiden. Norman sendiri berada di samping Mahaka, di antara Ren.
Meski terbilang dekat, masih tidak jarang Mahaka merasa sulit untuk melepas ekspresinya. Mereka yang bertamu pada hari itu, Mahaka sendiri bahkan tidak sadar melepas tawanya. Membuat mereka merasa yakin kalau Mahaka sendiri sejatinya bukanlah manusia kulkas yang dingin.
Tapi kembali lagi dengan Mahaka. Kesulitan itu masih terasa sulit untuk dilepaskan. Tapi di saat ada kesempatan waktu sekadar bersama dengan Haka atau Maha, Mahaka justru merasa lebih ringan untuk berekspresi. Maka Haka yang akan sangat antusias untuk membuatnya tersenyum ataupun tertawa.
"Mahaka, apa kau tidak memakan dada ayammu lagi?"
Mahaka sedikit mengadah menatap Haka di depannya. Tersenyum lebar dengan mata yang membulat penuh binar harap.
Mengetahui maksud dari Haka, dengan senang hati Mahaka mendorong mampan makanannya mendekati milik Haka. Membiarkan lelaki itu lebih leluasa mengambil alih dada ayam yang diinginkan. Haka sangat jelas senang dengan itu.
Maha yang duduk di samping Haka mengunyah dengan mata mendelik datar.
"Dasar kau babi imut. Sampai milik orang pun kau rebut."
Haka menoleh. "Aku tidak merebutnya. Dia yang memberikannya padaku dengan senang hati," bantahnya.
"Dengan cara meminta. Sama saja," celetuk Ren tanpa menatap Haka.
"Beda. Aku mengajukan izin dan dia mengiyakan aku mengambilnya," Haka terus membela dirinya.
Lelaki berkulit tan itu kemudian berpaling pada mampan milik Maha. Sepotong dada ayam masih terpampang utuh di sana. Maka dengan gerakan cepat, Haka menusukkan sumpitnya dan memindahkan dada ayam itu ke mampannya.
Maha yang melihat bagaimana dada ayamnya berpindah lantas melotot kaget dan merasa tak terima.
"Ini baru yang namanya merebut. Terima kasih, Maha. Kau memang lelaki paling baik."
Maha yang ingin berucap jadi tertahan. Selain karena wajah seri Haka yang terlihat manis untuknya, Maha juga tidak bisa melakukannya karena sebuah tepukan pada bahu yang dia terima.
Maha menoleh ke belakang. Kawanan teman kelasnya menatapnya dengan pandangan serius. Kehadiran mereka juga menjadi fokus pandangan yang lainnya, termasuk Mahaka yang ikut terhenti menikmati makanannya.
"Aku ingin menyampaikan sesuatu," kata teman kelas Maha.
"Sekarang?"
Dia mengangguk. Mau tak mau, Maha berdiri dari tempatnya dan berlalu keluar kantin. Tidak sepenuhnya, mereka hanya berada di samping pintu masuk, berkumpul layaknya murid-murid perempuan yang tengah bergosip. Bedanya, wajah mereka terlihat datar, kaku dan sangat serius.
Mahaka masih tidak melepas pandangannya dari sana.
"Mereka pengikut Maha. Kata ringannya, mereka kaki tangan Maha dalam kubunya," ucap Norman.
Pandangan Mahaka beralih pada Norman.
"Dunia ini sebenarnya masih dilingkupi peperangan, Mahaka. Bahkan di area sekolah pun."
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHAKA [Markhyuck]✓
General FictionNamanya Mahaka. Gadis entah berantah datang dari mana yang ingin mengubah alur kehidupan orang tuanya. Ps. much naration than dialogue