13 | Turunan Maha

51 9 0
                                    

Ponsel di atas meja bergetar. Vouz mengalihkan pandangannya untuk mengetahui siapa yang melakukan panggilan. Setelah membaca nama itu singkat, Vouz baru mengangkatnya.

"Ada apa, Nick?"

"Hei, kau tidak ingin kemari? Ku pikir kau harus melihat ini."

Gerakan menulis Vouz terhenti. Pandangannya mengadah lurus ke depan.

"Kenapa?"

"Sshh ... Ini cukup sulit untuk dijabarkan via suara seperti ini. Kau harus melihatnya dulu."

"Baiklah. Aku ke sana."

"Oh! Oh! Jangan lupa burger titipanku. Aku menyayangimu, kawan. Hahaha."

Panggilan terputus. Vouz menatap layar ponselnya kemudian mendengkus kesal. Beranjak dari tempatnya dan mengambil jas untuk segera menemui Nick. Sepertinya ada hal yang begitu penting hingga lelaki itu menyuruhnya harus hadir melihat sendiri.

Vouz keluar, bertemu dengan beberapa guru dan membungkuk menyapa. Rencana Vouz ingin ke kelas Mahaka lebih dulu untuk memberitahu kepentingannya. Tentu bukan dengan alasan yang jujur. Sedikit kebohongan sebelum waktu yang tepat untuk mengatakan yang sebenarnya pada Mahaka. Vouz hanya ingin gadis itu fokus pada keinginannya dulu.

Lorong kelas memang sepi, saat ini dalam masa menerima kelas aktif. Vouz bisa melihat anak-anak yang tengah menerima pelajaran dengan khidmat dari balik jendela kelas. Tersenyum simpul tatkala bersitatap tanpa sengaja dengan pengajar yang berada di dalam.

Lantai dua, Vouz cukup berjalan sekitar beberapa puluh meter di depan untuk sampai di depan kelas. Namun, semakin mendekat Vouz justru mendapatkan suara yang begitu riuh.

Vouz menyerit, semakin mempercepat langkahnya dengan pikiran yang bertanya. Kilasan pendapat buruk menyambungkan dengan telepon Nick dan keadaan Mahaka terlintas dalam kepalanya.

Maka Vouz berjalan dengan sedikit berlari. Menatap dari jendela kelas dan fokus mengambil satu pandang pada Mahaka.

Seperti jantung yang ingin berpindah tempat, Vouz akhirnya menghela napas lega. Keributan yang terjadi bukan sebab pada Mahaka. Haka yang bersama dengan teman kelas lelaki lainnya nampak asik berdebat dalam permainan yang Vouz sendiri tidak yakin akan permainannya.

Tidak ada yang menyadari akan kehadiran Vouz yang berdiri di depan jendela menatap mereka. Hingga lelaki itu kemudian menarik knop pintu dan membukanya. Sontak seluruh penghuni berlari tergesa menuju bangku masing-masing.

Mahaka mengadah dari aksi topangan dagu dan mengarsir gambar asal. Mendapat Vouz yang juga menatapnya seraya tersenyum.

Vouz melangkah masuk dan berdiri di tengah kelas bagian depan. Menatap mereka satu-satu yang masih menunjukkan sisa gugup akan ketahuan.

"Kalian sepertinya seru sekali menikmati waktu kosong. Sekarang kelas siapa?"

Salah satu murid mengangkat tangannya. "Mrs. Runa, Pak. Hanya, dia absen sebab ada urusan keluarga."

Vouz mengangguk. "Benar, dia sudah mengajukan izin padaku. Tapi, apa dia tidak meninggalkan amanah untuk kalian? Seingatku di halaman 45 ada."

Senyum yang Vouz sunggingkan membuat mereka serentak membuka buku segera. Vouz tertawa kecil kemudian. Kini dirinya beralih pada Mahaka yang juga melakukan hal yang sama namun dengan tampang antara minat dan tidak.

"Mahaka."

Gadis itu mendongak kemudian.

"Aku perlu berbicara denganmu."

MAHAKA [Markhyuck]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang