31 | Penggemar

36 12 0
                                    

Kepulangan Mahaka bertepatan dengan Vouz yang baru saja keluar dari kendaraan roda empatnya. Mengoper kunci pada penjaga rumah untuk mengambil alih mobil memarkirkannya di garasi.

Mahaka masuk melewati gerbang putih setinggi setengah meter. Ada Haka dan empat orang lainnya yang mengantar di belakang. Vouz menatap berdiri sembari tersenyum tipis.

"Bersenang-senang?" Mendapat jawaban anggukan dari Mahaka. Vouz berpaling pada yang lain. "Terima kasih sudah mengantarnya dengan baik."

"Sama-sama, Pak. Kami juga senang Mahaka pulang baik-baik saja," jawab Haka. Lelaki itu cengar-cengir dan menggaruk kepala tak gatal.

"Kalau begitu, kami pulang. Permisi, Pak, Mahaka." Maha menunduk pamit diikuti yang lainnya.

Haka mengangkat kaca helmnya. "Nanti kita main lagi ya, Mahaka." Suara yang sedikit lantanh sebab berada di luar gerbang.

"Ya." Mahaka melambai pelan menatap kepergian mereka.

Vouz menepuk lembut kepala Mahaka sekali membuat sang empu menoleh. "Ayo, masuk. Bersihkan dirimu sebelum makan malam."

"Ah, motor ituㅡ"

"Aku tahu," potong Vouz. "Orang rumah sudah menghubungiku. Lusa, motornya akan kembali. Untuk sementara, kau berangkat denganku. Tidak apa, kan?"

"Baiklah."

Langit gelap berhiaskan bintang yang bertebaran merata. Vouz dan Mahaka menikmati makan malam dengan sangat tenang. Hidangan demi hidangan terus berdatangan hingga Vouz memerintah untuk tidak menambahkan.

"Bagaimana harimu? Menyenangkan?"

Mahaka mengangguk. "Mereka mengajakku bermain di Time Zone. Haka berisik sekali."

Vouz mengangguk setuju. "Paling berisik dari yang berisik."

"Benar." Mahaka menyuap makanan satu sendok. "Bagaimana denganmu? Sepertinya, tidak ada jadwal yang tidak sibuk."

"Ya. Hari ini cukup melelahkan. Tapi, aku baik-baik saja. Aku sempat mengambil waktu istirahat di tempat sibukku. Jadi tidak semelelahkan itu."

Obrolan terhenti dengan fokus pada kegiatan menghabiskan jamuan malam. Mahaka nenuntaskan air gelasnya sebagai penutup dari makan malam. Vouz yang menatap hanya bisa diam dengan mulut yang masih sibuk mengunyah pelan. Kala Mahaka bersiap untuk ke kamar, Vouz bersuara.

"Mahaka, aku perlu mengatakan sesuatu."

Kaki yang sudah menyentuh lantai terangkan kembali menginjak penyangga kaki kursi. "Ya?"

Vouz ikut menghentikan aksi makan malamnya. Membersihkan tenggorokan dengan air sekali tangkas dan menyeka sisa-sisa pada bibir dengan serbet di dada. Vouz kemudian memberi isyarat bagi pelayan dapur untuk meninggalkan ruangan, menyisahkan Vouz dan Mahaka saja.

"Mahaka, jika aku mengatakan untuk tidak terlalu dekat dengan Haka dan Maha, apa kau keberatan?"

Kelopak mata Mahaka turun dua kali. Bibirnya masih terkatup rapat tapi tatapannya sudah menunjukkan keheranan meminta penjelasan. Vouz tersenyum tipis, sudah menduga dengan sangat benar.

"Tentu kau keberatan, kan?"

"Sebenarnya ada apa?" Mahaka meminta inti pembicaraan.

Vouz mengambil napas panjang dan dihembuskan. "Ingat saat aku mengatakan, kau berada di sini punya waktu yang terbatas?"

Mahaka diam.

"Aku tidak mengira akan sangat banyak hal yang berdatangan. Hal-hal ini yang mencemaskanku bisa mempengaruhi masa depan, tempat dirimu berasal. Dan salah satu yang sudah terjadi adalah asal kau mendapatkan luka di pipimu."

MAHAKA [Markhyuck]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang