Tiba-tiba menjadi target dari tiga penguntit yang tak dikenal, Mahaka membawa motornya seperti berada di area khusus balap. Kendaraan terus disalip dengan kecepatan yang diluar dugaan. Klakson menjadi peringatan bagi orang-orang yang ingin selamat dari sambaran. Mahaka kembali menjadi sosok berandalan jalan seperti di masa depan.
Mahaka tidak tahu siapa yang mengikutinya dan apa tujuan dari mereka melakukan. Tapi satu yang terpikir, kemungkinan mereka adalah komplotan dari korban Mahaka, lelaki yang dia beri oleh-oleh untuk tetap mengingatnya. Hasrat mereka seperti ingin membalas dendam.
Hanya satu kendala yang Mahaka hadapi sekarang. Dirinya tidak tahu banyak pasal jalan dan lokasi kota ini. Dengan berputar-putar di atas jalan hanya akan membuat motornya kehabisan bahan bakar. Mahaka harus menemukan satu tempat yang pas untuk menghadapi tiga penguntit ini. Tapi di mana?
Sekilas yang terbesit, Asgar menjadi satu-satunya tempat yang terpilih. Tidak menimbangi untuk berpikir kembali, Mahaka sudah menaruh hak paten untuk membawa para penguntit itu ke area balapan anak. Untung saja, Mahaka sudah pernah ke sana. Mendapat info tambahan, kalau area lapang itu hanya akan ramai di saat malam.
Pagar besi yang terbuka lebar, Mahaka membelokkan dirinya untuk masuk dengan gesit. Tidak terlupa dengan tiga orang di belakang. Melewati sebuah bangunan kotak yang diyakini bar kecil Asgar, Mahaka kemudian menghentikan motornya di padang rumput beberapa meter jauh dari jalan area. Mahaka tidak turun dari motornya, hanya berhenti dan menoleh ke belakang. Menunggu reaksi ketiganya sebagai petunjuk untuk tindakan selanjutnya.
Tarikan gas panjang dengan dua rem yang ditarik kuat. Mahaka tersenyum sinis dari balik kaca helmnya.
"Kuikuti permainan kalian."
Mahaka kembali menarik gas hingga mencapai jalur area balap. Aspal yang sedikit kasar terlihat nyaman untuk ban besarnya. Tidak ada batas kompromi dari lajunya motor yang Mahaka bawa. Begitu ketiga motor di belakang ikut melewati garis pemula, di saat itulah perlombaan dadakan ini di mulai.
"Kenapa di luar ribut sekali? Siapa yang bertanding?"
Lalaki penjaga bar berjalan keluar dengan pelan. Jiwa penasaran menggebu sampai membuat dirinya keluar dari sarang tempat hiburan. Matanya terbuka lebar seiring menatap perlombaan di area balap.
"Siapa mereka? Kenapa membuat jadwal tanding sore hari? Tunggu, aku harus merekam ini dan memberi tahu yang lain."
ooo
Kelas ekstra yang dilakukan selesai dengan sangat sempurna. Badan berpenuh peluh namun tidak membuang kesenangan yang didapatkan. Latihan sempurna berhasil membawa peregangan tubuh yang kian menguat.
"Apa manurut kalian Mahaka sudah pulang?" Haka bertanya.
"Sebegitunya kau menyukai Mahaka?" Jaiden membalas.
"Memangnya kenapa? Kau cemburu?"
Dua bahu Jaiden terangkat bersama. "Bukan aku. Tapi partner-mu," jawabnya enteng.
Haka berdecih tapi setelahnya, dia menoleh pada Maha yang sudah berapa langkah di depan darinya.
"Kan, sudah kubilang?"
"Diamlah," tegur Haka. Langkahnya dibuat melebar untuk mengejar Maha. Jaiden, Norman dan Ren hanya menggeleng melihatnya.
"Hei." Haka memulai teguran dengan menyikut lengan Maha. "Kelas ekstramu berjalan lancar? Ha, itu sudah pasti. Sejak kapan Maha yang keren ini buruk dalam kelasnya? Bukan begitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHAKA [Markhyuck]✓
General FictionNamanya Mahaka. Gadis entah berantah datang dari mana yang ingin mengubah alur kehidupan orang tuanya. Ps. much naration than dialogue