Mahaka terusik, karena itu kelopak matanya naik secara perhalan. Cahaya mentari yang silau mulai masuk menyerang retina. Mahaka menyipit, mendapat siluet seseorang yang tengah berdiri membelakangi di depan jendela dinding.
"Kau sudah bangun?"
Kesadaran Mahaka mungkin belum komplit sepenuhnya, tapi bukan berarti pemilik suara dari yang menyapanya pagi ini tidak dia kenal.
Mahaka berdeham sebentar sembari membawa badannya duduk dari posisi tidur. Matanya kembali terpejam, bermaksud memanggil penuh jiwanya.
Vous tersenyum, memutari kasur tidur Mahaka hingga berakhir di tepi kanan gadis itu dan duduk.
Mahaka mengadah kepalanya sedikit, kembali membuka mata dan melakukan sitatap dengan Vous. Lelaki itu masih setia dengan senyum khasnya; hangat.
"Bagaimana Asgar semalam?"
Untuk kedua kali Mahaka berdeham menjawab. Kali ini mengisap matanya dengan pelan.
"Jaiden menang," jawab Mahaka.
Kepala Vous bergerak naik turun. "Tidak diragukan lagi," ucapnya.
Mahaka kembali memandang Vouz. "Kau tahu soal itu?"
"Tentu. Aku pemimpin sekolah dan sangat jelas tahu apa dan siapa murid-murid ku. Terutama kau." Vous mengakhiri ucapannya dengan menyentil ujung hidung Mahaka.
Lelaki itu berdiri. "Segeralah bersiap dan turun sarapan. Para Bibi rumah sudah menyiapkan semuanya untukmu di bawah."
"Ya."
Vous menghilang dari balik pintu kamar. Tertinggal Mahaka yang masih setia duduk di tempatnya. Menatap pada jendela yang tertampang mentari tengah perlahan naik ke posisi langit. Mahaka sedang berpikir pasal semalam, apa saja yang dilakukannya hingga tertidur dengan begitu khidmat.
Tapi tentu saja Mahaka tidak ingin membuang waktunya terlalu lama. Sedikit lagi mencapai puku delapan yang dalam artian Mahaka harus segera bersiap untuk berangkat ke sekolah.
Hari yang berbeda dengan modek seragam yang berbeda pula. Perkiraan kalau Vouz yang sudah menyiapkannya sebagaimana lelaki itu yang sudah menyapanya di awal pagi. Buku paketnya juga sudah ada, berterima kasih pada Haka yang sudah ingin repot-repot membantunya. Meski hal itu harus dibalas imbalan susu karamel, tidak masalah.
Vouz sudah duduk manis di tempatnya. Memegang sebuah garpu dan pisau silver yang begitu mengkilap. Kepalanya menoleh untuk menatap Mahaka yang berjalan pelan menghampiri meja makan. Hidangan sarapan yang terlihat begitu mewah dan menggoda, Mahaka jujur sudah terlampau ingin mencicipinya.
"Kau membawa motor besar itu semalam, ya?" tanya Vouz.
Mahaka mengangguk. Terlalu sulit baginya untuk berucap sebab mulutnya sudah terlampau sibuk mengecap rasa pada roti panggang di atas piringnya.
"Aku sempat khawatir, mengira kau akan mengalami hal buruk membawa kendaraan besar itu. Rupanya baik-baik saja dan tidak menjadi masalah, ya."
Dehaman dan anggukan kepala yang keduan kali Mahaka berikan. Kali ini Mahaka menelan makanannya berganti ingin mengajukan pertanyaan.
"Apa malam ini kau akan kerja luar lagi?"
Sedikit senyum tipis terbit di wajah Vouz. "Iya, urusanku masih banyak yang belum selesai. Kenapa?"
"Tidak ada." Mahaka memalingkan wajahnya.
Tiba-tiba nafsu besar melihat sarapan enak tadi mendadak merosot tak bergairah. Mahaka bahkan menyelesaikan sarapannya lebih dulu, menyisahkan satu lembar roti panggang terakhir dan beralih menegak susu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHAKA [Markhyuck]✓
Fiksi UmumNamanya Mahaka. Gadis entah berantah datang dari mana yang ingin mengubah alur kehidupan orang tuanya. Ps. much naration than dialogue