Semuanya berjalan dengan tenang. Sama dengan Mahaka yang masih terbaring di atas ranjang dengan alat bantu pernapasan. Ruangan tertutup tanpa kaca yang terbuka makin membuat suasana kian mendingin dan hening.
Vouz kembali menjadi tamu jenguk. Meski hanya Vouz satu-satunya yang melakukan itu. Berpulang balik pada dua masa dunia lumayan membuatnya lelah. Maka hari ini, Vouz memutuskan untuk istirahat lebih lama di masa Mahaka koma.
Nick masih menjadi dokter khususnya. Di rumah sakit ternama, dia menaruh atasnamakan dirinya untuk menanggung jawabkan Mahaka. Tentu dengan imbalan setimpal yang diberikan Vouz. Walau tiap harinya, Nick bekerja dengan perasaan cemas. Takut dikala para bawahan Dewan terus berdatangan untuk mencari tahu pasal kegiatan Vouz.
"Kopi?"
Nick memunculkan diri dengan dua cangkir kopi. Vouz tersenyum dengan gumaman terima kasih menerima salah satunya. Kini, dua pria itu duduk berdampingan. Menjadikan Mahaka sebagai pemandangan untuk menikmati kopi hitam yang hangat.
"Semuanya baik-baik saja?" Nick memulai.
"Ya. Bahkan jauh lebih baik. Mahaka sudah sangat terbiasa di sana. Dia mungkin lupa kalau berasal dari masa yang berbeda."
Nick mengangguk sembari menyesap kopinya. "Bukankah itu bagus? Kau tidak perlu banyak khawatir lagi padanya. Dia terlihat bisa mengendalikan semuanya."
Vouz tersenyum tipis. "Memang, tapi masih sulit untukku melakukannya. Kemarin, dia sudah berani berbohong padaku."
Dua alis Nick terangkat. "Berbohong?"
Sekali meneguk kopi sebelum Vouz menjawab. "Dia punya luka iris di pipinya. Katanya, karena terkena ranting. Aku tahu itu hanya bualan untuk membuatku tidak bertanya banyak."
"Lalu?"
"Dia ikut turun dengan perkelahian Haka kemarin." Jawaban Vouz membuat Nick menjatuhkan dagunya. "Ada banyak komponen yang menurutku mulai terus berdatangan dan jelas, ini akan mempengaruhi Mahaka. Perkelahian kemarin, itu bukan perkara hal biasa."
Nick melipat tangan di dada. "Kalau memang seperti itu, bukankah kau harus menegurnya? Maksudku, beritahu Mahaka untuk tidak terjun terlalu banyak."
"Aku ingin melakukan itu," jawab Vouz. "Tapi melihat aura gigihnya membuatku bimbang untuk memberitahu."
"Hei," tangan Nick memukul pelan bahu Vouz. Korbannya menoleh. "Aku tahu kau sangat menyayangi gadis itu. Tapi kau tidak bisa terus terperangkap dengan rasa kasihanmu. Teguran juga bukan hal yang buruk, tentunya tidak sampai membuat Mahaka membencimu. Aku yakin, gadis itu akan paham meski harus menahan gejolak membangkang atas teguranmu itu."
Vouz memalingkan wajahnya. Wajah teduh Mahaka yang tertidur pulas membuat perasaan Vouz menjadi lebih tenang.
Nick bangkit dari tempatnya. Cangkir kopinya sudah habis dan berniat kembali ke ruangan. "Kau tidak perlu merasa terbebani. Kau punya aku di sini. Aku akan memberitahu kalau terjadi sesuatu padanya."
Vouz mengangguk seraya tersenyum. "Terima kasih, Nick."
"Bukan masalah. Tapi tolong, kalau bawahan Dewan datang di saat kau ada, jangan kabur. Cukup katakan saja dengan jujur. Aku sudah tidak punya alasan kebohongan lain kalau mereka menemuiku."
"Baiklah. Akan aku lakukan. Maaf dan terima kasih lagi."
Nick mengangkat sebelah tangannya sebelum keluar dari ruangan. Vouz mendesah, menyesap sisa kopi yang masih banyak dengan sekali tangkas. Punggungnya bersandar pada kursi. Masih tetap menjadikan Mahaka sebagai fokus pandangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHAKA [Markhyuck]✓
BeletrieNamanya Mahaka. Gadis entah berantah datang dari mana yang ingin mengubah alur kehidupan orang tuanya. Ps. much naration than dialogue