"terkadang allah hanya mempertemukan, bukan mempersatukan, karena yang hadir belum tentu takdir"
_HAUZAN_
Tak terasa waktu begitu cepat, siang mendatangkan sore, semuanya sibuk dengan kegiatan masing masing, Liora masih berada dirumah Haura dirinya akan menginap beberapa hari.
Langit begitu gelap seperti akan mendatangkan hujan badai, Liora buru buru berjalan mengarah kebelakang, dia mengangkati jemuran ibu dan adeknya. Namun ketika Liora sedang fokus menarik baju dari jemuran dia melihat sorban yang pernah dia lihat di suatu tempat, berulang kali dirinya memikirkan dimana tempatnya, tapi tak ingat.
Liora duduk disamping sang adek yang sedang memakan makanannya, dia juga ikut mengeluarkan piring dan juga makanan yang tersedia di meja makan. Perlahan Liora mengangkat suaranya dia bertanya tentang sorban yang dia lihat di atas jemuran tadi sore.
Haura yang di beri pertanyaan seperti itupun akhirnya menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya, karena jawaban Haura yang mendetail membuat Liora tersedak.
"Ini minum minum, makanya klo makan jangan ngobrol" ucap Haura sambil menuangkan air kedalam gelas.
"Lah lu juga ngobrol"
"Yakan gue jawab pertanyaan lu mba"
"Ya harusnya lu jawabnya ntar"
"Yakan lu nanya ya gue jawab, masa lu nanya gue diemin"
"Tumben gue kira lu bakal jawab,kamu nanyeeaa?"
"Oh iya lupa harusnya tadi gue jawab gitu ya" ucapnya yang prustasi dengan sifat kakanya.
"Ntar kapan kapan lagi lu jawabnya, jadi itu bneran sorbannya Zidan?" Tanya Liora namun hanya di jawab oleh anggukan Haura
Mereka berdua melanjutkan makanannya, tak ada pembicaraan Lgi, semuanya sudah sibuk dengan sendok dan garpu.
Lain dengan suasana di ruang makan Haura, suasana di ruang makan Zidan begitu hening tak ada pembicaraan apapun ketika keluarganya sedang memakan makanannya.
Keluarga Zidan dan Haura sangat jauh berbeda, bahkan rasanya Haura tak pantas dimiliki oleh seorang laki laki yang sangat di idamkan oleh orang orang. Zidan itu Menantu idaman? Suami idaman?atau Anak idaman? Semua pertanyaan adalah jawaban nya.
Adzan Maghrib berkumandang, Haura berlari menuju masjid sambil membawa sorban Zidan, dia bingung bagaimana cara memberikannya? Semua shaf sudah tertutup rapi dia bahkan belum melihat Zidan.
Sudah 2 hari Haura tidak melihat Zidan, padahal dirinya sedang menjaga jarak agar jangan terlalu berharap pada ustadz muda itu, tapi ntahlah rasanya ingin sekali bertemu.
Selesai mengaji bersama Haura menunggu Zidan di depan masjid, Zidan yang tidak tau dirinya sedang di tungg akhirnya memperlambat jalannya.
"Maaf ustadz" panggil haura ketika melihat Zidan yang sedang mengunci pintu masjid.
"Iya ada apa?" Zidan menjawab panggilan familiar nya dengan memutarkan badannya menghadap ke sumber suara.
"Ini Haura mau mengembalikan sorbannya, Makasih ya ustadz"
"Oh iya iya, jangan panggil saya ustadz Haura, panggil saja nama saya, saya tidak suka jika seseorang memanggil saya dengan kata ustadz" ucap Zidan sambil menerima sorban dri tangan Haura tanpa bersentuhan.
"Oh maaf baik ust— eh Zidan" jawab Haura sambil menunduk
"kebiasaan" Gumam Zidan yang lumayan keras diiringi dengan suara tawa mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAUZAN
RomanceJadwal update: Rabu, Jumat, Minggu Haura Zaudyati sosok wanita yang fakir ilmu agama wanita yang kurang belaian seorang ayah dan juga seorang ibu kandung,dirinya mencintai sosok ustadz muda dengan wajah yang tampan juga paham agama. Dengan latar ya...