18

1.8K 251 10
                                    

"Seindah itu Kamu di pikiran saya? Sampai saya selalu menyebut namamu"

_Zidan Al-Bakhri_

~~

Pagi yang cerah menemani hari hari terakhir seseorang di pesantren, Zidan yang hnya berbalut celana panjang dan baju lengan pendek, aga berbeda di pandang seperti biasanya, tangannya yang berotot terlihat penuh ketika dirinya memakai kaos  pendek, tak hanya otot yang terlihat tapi urat tangannya juga terlihat begitu bagus, untung saja dia tidak berada di tempat santriwati karena jika dia berada disana mungkin mata wanita sudah melihatnya dan itu menimbulkan dosa, dia sebenernya jarang mamakai baju yang pendek di luar ruangan.

Tapi karena hari ini adalah waktunya membersihkan pesantren dia hrus ganti baju terlebih dahulu, bukan hanya Zidan yang membersihkan tapi seluruh santriwan dan santriwati karena sebentar lagi akan berganti tahun pelajaran.

Zidan dengan telaten menyabuti rumput liar yang tumbuh semakin panjang, dia di bntu oleh beberapa anak laki laki. Sudah dua jam dia membersihkan lahan kosong yang penuh dengan rumput panjang, akhirnya meristirahatkan tubuhnya.

"Raska ambilkan sabit satu lagi untuk saya" ucap Zidan kepada anak remaja yang sedang duduk di lahan yang sejuk itu.

"Dimana ngambilnya mas?"

"Dapur, kamu minta sama mamang".

"Siap laksanakan" ucap raska sambil mengangkat tangannya membentuk kehormatan.

Sudah beberapa menit raska pergi tapi tidak kunjung datang, akhirnya Zidan memutuskan untuk pergi ketoilet terlebih dahulu.

Setelah beberapa menit di toilet Zidan kembali lagi di lahan yang belum mereka bersihkan, terlihat raska Yang sudah kembali tapi tidak membawa sabitnya.

"Bagaimana ka? Apa ada?"

"Ada mas, cuma mamangnya lupa naruh jdi lagi di cariin nanti katany dia kesini" jelas raska yang d bles anggukan oleh Zidan.

"Oke kalo gitu kamu boleh istirahat dulu, saya pinjam sabitmu dlu ya ka" raska hanya mengiyakan dan tersenyum lebar ketika dirinya di perbolehkan istirahat dan yg lain bekerja.

Para santriwan dengan semangat membersihkan pesantren nya, jika di lihat sudah 98%, mereka tinggal membereskan semuanya dan melanjutkan kegiatannya masing masing.

Tapi tidak dengan zidan, Zidan masih setia membersihkan rumput rumput bersama dengan anak anak remaja yang sudh sangat dekat dengannya.

Di kesibukannya yang masih menebas rumput seseorang memanggil namanya.

"Zidan" panggil Harum dari belakang punggung Zidan yang sedang jongkok.

"Dalem Ra?, Kenapa?" Jawab Zidan tanpa menengok kebelakang, dia masih sibuk bergulat dengan rumput rumputnya.

"Maaf saya harum Zidan" mendengar ucapan dri harum Zidan langsung mematung.

Bagaimana bisa dirinya memanggil seseorang dengan nama yang salah?? Kenapa akhir akhir ini dia selalu memikirkan Haura? Apa Zidan benar benar menyukainya dan rindu padanya?.

"Oh iya kenapa harum? maafkan saya saya kira kamu wanita yang selalu datang di dalam pikiranku akhir akhir ini" ucap Zidan sambil menegakan badannya.

Dalam posisi menunduknya harum merasa bahwa dirinya sudah tidak bisa berharap lagi dengan Zidan.
"oh iya tidak apa apa Ini saya disuruh Abah memberikan makanan untuk para santriwan dan kamu, sekalian tdi katanya kamu meminta sabit ini saya bawakan"

Jangan berharap lebih, Doa saja kadang sirna oleh lauhul Mahfudz.

"Oh iya makasih banyak Ra.. ck astaghfirullah maksut saya harum" mereka berdua tertawa ketika melihat Zidan yang salah mengucapkan nama terus menerus  "maaf rum Gus Nadim kemana ya? Dari kemarin saya tidak melihatnya" sambungnya sambil berjalan menuju ke tempat anak anak yang sudah membntukan membersihkan.

"Oh Abang, Abang Uda berangkat dinas dia di panggil komandannya" jelas  harum yang masih menunduk sambil berjalan.

"Loh bukannya nanti bulan depan?"

"Sebenarnya iya, tapi gatau tiba tiba dia disuruh berangkat" Zidan hanya mengangguk paham.

Gus Nadim adalah seorang aparat hukum, dia menjadi polisi muda, dimana dirinya ditugaskan untuk mengadili dan membuat masyarakat tentram.

Sebenarnya kyai Daiyan mencegah Nadim agar tidak menjadi polisi, karena menurutnya tanggung jawab seorang aparat hukum sangatlah besar. Kyai Daiyan berusaha membujuknya, namun naas Nadim tetap mau menjadi aparat hukum karena dirinya ingin menuruti keinginan almarhum ibunya.

Mendengar hal itu kyai Daiyan akhirnya membiarkan anaknya menjadi dirinya sendiri, tanpa mencampuri keinginannya.

•••

Malam yang lumayan dingin menemani beberapa santri, rasanya tidak ingin berkegiatan di malam yang dingin ini, tetapi karena beribadah hukumnya wajib mereka mau tidak mau harus mengerjakannya.

Berbeda dengan Zidan, di malam yang dingin dirinya ditemani oleh secangkir kopi, dia sedang berada di pendopo sang kyai, kyai Daiyan memanggil nya untuk menanyakan beberapa hal.

"Zidan kapan kamu akan berangkat ke Cairo?"

"Mungkin tiga hari lagi bah" jawabnya sambil tersenyum.

"Apa ada persiapan yang kurang? Atau ada hal yang belum kamu kerjakan sebelum berangkat?" Sang kyai dengan perlahan berkata.

"Zidan belum minta izin ke bupati bah mungkin besok Zidan kesana"

"Ohh apa ada yang lain? Abah liat wajahmu sepertinya ingin mengucapkan pamit kepada seseorang"

Zidan yang tadinya tertunduk tiba tiba mengangkat pandangannya kepada kyainya. "Bagaimana Abah bisa tau?"

"Ini soal kecil, sebaiknya kamu ucapkan pamit kepada orang itu sebelum terlambat" Zidan hanya mengangguk dan berkata iya " Abah sudah memberi tahu seseorang yang sudah Abah janjikan akan membimbing kamu disana, Dia yang telah membuat putraku menjadi seperti sekarang, nanti tolong kamu ikuti perintahnya seperti kamu mengikuti perintahku" Zidan yang mendengar ucapan berusaha meyakinkan sang kyai bahwa dirinya akan memegang perintahnya.

Setelah beberapa obrolan yang mereka obroli, Zidan pamit untuk kembali keasrama, hari ini dirinya belum membaca Al Qur'an. Sesampainya di asrama dirinya buru buru mengambil wudhu dan membuka Al-Qur'an nya.

Sesibuk apapun dirimu jangan pernah tinggalkan ibadah, Sungguh balasannya tidak setimpal dengan apa yang telah kamu perbuat, Bukan hanya hatimu yang rusak tapi jiwa dan fisikmu ikut rusak.

Sesibuk apapun dirimu jangan pernah tinggalkan ibadah, Sungguh balasannya tidak setimpal dengan apa yang telah kamu perbuat, Bukan hanya hatimu yang rusak tapi jiwa dan fisikmu ikut rusak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oke aku fix in buat update setiap Senin, Rabu, Jumat.

Btw jumlah kata yang aku masukin Uda 1000 lebih jadi menurutku ini Uda panjng ya.

HAUZAN
14 Des 2022

HAUZAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang