15

2.1K 241 15
                                    

"Yang pintar belum tentu beradab tapi yang beradab Uda pasti pintar"

~~~

Hari demi hari sudah Zidan lalui, sebenarnya jadwal masuk Zidan bukan hari ini, masih tersisa satu Minggu, hanya saja dia memajukannya.

Tepat di hari ini Zidan berangkat. waktunya di pondok pesantren hanya tinggal beberapa bulan, setelah itu dia akan melanjutkan pendidikannya di Cairo. Universitas yang sudah dia idam diamkan dari kecil.

Ini adalah tahun terakhir Zidan pergi kepondok, dia berharap di akhir akhir ini dirinya akan melakukan semua hal yang cukup baik untuk di lakukan, dan tidak akan menyia nyiakan waktunya.

Perjalanan yang cukup jauh, dia membutuhkan tiga jam untuk sampai di pesantren. Selama perjalanan keluarga Zidan hanya mengobrol biasa, sampai tidak terasa sudah sampai di pondok pesantren anaknya.

Seorang laki laki dengan kulit putih, tampan dan juga gagah untuk di pandang dari sudut manapun, sedang duduk menunggu Zidan dan keluarganya sampai.

Melihat mobil dari sudut gerbang mulai masuk ke rumah sang kyai, laki laki yang tadiny duduk di depan rumah nya buru buru berdiri untuk menyambut sahabatnya.

"Assalamualaikum" Ucap Zidan sambil memberikan salam, kemudian disusul dengan pelukan.

"Waalaikumsalam" jawab laki laki tersebut sambil melepaskan pelukannya.

"Bagaimana kabarmu Nadim?" Tanya Zidan kepada sahabatnya.

Nadim Daiyan Alfarizi Dia adalah anak dari kyai pemilik pondok pesantren yang sering di panggil Kyai Daiyan, orang yang telah mendidik Zidan dengan ilmu nya sehingga dirinya menjadi anak yang beradab, karena prinsipnya jadikan anak anak ataupun murid muridku menjadi orang yang beradab terlebih dahulu kemudian sempurnakan sikapnya. yang pintar belum tentu beradab, tapi yang beradab udah tentu pintar.

"Alhamdulillah Baik, Bagaimana denganmu dan keluarga?" Jawab Gus Nadim dengan membalikan pertanyaan.

"Saya juga baik, kalau tidak baik mungkin sekarang saya tidak ada disini" Ucap Zidan sambil diiringi suara tawa dari orang tuanya dan juga suara Gus Nadim.

"Kami baik" Jawab ibu Zidan dengan halus.

Kemudian Nadim mengajak Zidan, dan juga kedua orang tua Zidan untuk masuk kerumahnya. Kyai selaku ayah Nadim sedang duduk dan menunggu para tamunya datang, karena umur kyai yang sudah cukup tua, dia tidak bisa menyambut tamunya, dan memerintahkan anaknya untuk menyambut hangat murid kesayangan.

"Assalamualaikum" ucap Nadim sambil membuka pintu, dan berjalan membungkuk bersalaman kepada abahnya.

"Waalaikumsalam"  jawab sang kyai sambil menerima salaman dari kedua putranya.

Ayah Nadim sudah menganggap Zidan sebagai Anaknya. Dia bahkan meminta izin kepada kedua orang tua Zidan, dimana dirinya ingin menganggap Zidan sebagai Anaknya, dan keduanya pun memberikan izin kepada sang kyai, karena mau gimana pun dirinya lah yang telah mendidik Zidan hingga seperti ini. Menjadi seseorang yang lebih baik dan lebih paham untuk agamanya.

Dia memiliki Putra dan putri satu, Nadim adalah anak tertuanya. dimana Nadim berusia tidak jauh dngan Zidan, mereka hanya berbeda beberapa bulan. Tapi Zidan lebih muda darinya.

Lalu bagaimana dengan adik Nadim? Maksut kalian Ning Harum? Harum mungkin saja sedang mengaji di masjid. Harum juga menjadi salah satu wanita idaman para Ikhwan disana, bukan hanya wajah cantiknya tapi dari hati cantiknya dan juga bagaimana dirinya tersenyum adalah salah satu magnet yang sangat ampuh membuat para Ikhwan disana meleleh.

HAUZAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang