30

1.8K 290 63
                                    

"Bukan tentang perpisahan yang menyakitkan, tetapi tentang datangnya dia untuk kembali"

_HAUZAN_

~~~

Semua orang telah mengintari meja makan, Rianti, Bakhri, Qiara dan juga Hakim telah duduk rapih di depan meja makan yang sudah tersedia makanan.

Kondisi Rianti kini semakin buruk, Bakhri tak henti henti nya untuk selalu menguatkan istrinya.

"Ibu Makan dulu Ya, Nanti kita lanjut Cari Zidan lagi"

Rianti hanya Termenung menatap makanan didepannya.

"Coba saja saya tidak menelepon nya saat itu, sekarang mungkin Zidan masih berada di Kairo dengan selamat" Rianti mengucapkan nya dengan tatapan yang kosong.

"Bu, ini bukan salah ibu, ini udah jalan Takdir, Kita disini Juga ga percaya kalo Zidan hilang gitu aja Bu"

"Qiara Percaya Kalo Zidan selamat, ibu makan ya biar bisa cari Zidan"

Qiara terus menggenggam tangan ibunya, Baru kali ini dia melihat ibunya sangat amat kehilangan Zidan, Dan baru kali ini Dia melihat ibunya menangis, ibu yang selama ini terlihat kuat, ibu yang selama ini terlihat bahagia, ibu yang selama ini begitu hebat. Sekarang Semuanya hilang dengan tetesan air matanya, Hatinya sakit ketika melihat Ibu nya sendiri menangis tanpa henti.

Tok Tok Tok

Suara ketukan pintu membuat seluruh isi rumah menegakan pandangannya, Rianti yang tadinya terus menunduk dan terus menatap kosong, menjadi orang pertama yang berlari kearah pintu.

Rianti mulai membuka pintu, terpampang jelas seseorang berseragam telah berdiri didepan pintu.

"Selamat pagi??" Ucap polisi berbadan agak berisi.

"Pagi"

"Apa benar ini Rumah korban dari hilangnya pesawat EgyptAir?"

"Benar, silahkan masuk" Ucap Abah sambil menuntun kedua polisi itu untuk duduk di kursi.

Kedua polisi itu mewawancarai keluarga Zidan, mereka berdua meminta ciri-ciri anggota keluarganya yang menjadi korban pesawat tersebut, dengan detail Abah dan ibu menjelaskan sosok Zidan kepada kedua polisi itu.

"Tunggu sebentar" potong salah satu polisi yang memberhentikan wawancara.

"Ad apa? Apa ada yang salah?" Ucap Salah satu rekan yang sedang mencatat di buku akhirnya angkat bicara.

"Ada sesuatu yang mau saya tanyakan"

"Apakah putra ibu dan bapa seorang ustadz??"  Polisi itu melanjutkan sesi tanyanya ketika mendengar ciri-ciri detail Zidan.

"Iya benar pa? Kenapa dengan putra saya?" Dengan gugup rianti bertanya.

Polisi itu mengeluarkan ponselnya dan mulai menampilkan gambar kepada Ibu, Abah, Qiara dan juga Hakim.

"Saya mendapatkan kiriman Bahwa telah di temukan Sorban putih dan juga sapu tangan di area laut Mediterania, Dan kemungkinan besar beliau ustadz atau pun tokoh ulama, tetapi mendengar penjelasan tentang ciri ciri yang ibu katakan, hampir mirip degan korban ini"

"ITU BUKAN PUTRA SAYA, PUTRA SAYA TIDAK MUNGKIN MENINGGAL"

"Kami belum tau pasti Bu, karena kondisi korban sudah hancur, dan jika ibu dan bapak ingin mengetahui apakah itu benar putra ibu, kami akan melakukan tes DNA dengan korban."

"PUTRA SAYA TIDAK MENINGGAL"

"PUTRA SAYA TIDAK MENINGGAL"

"PUTRA SAYA TIDAK MENINGGAL"

HAUZAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang