38

1.2K 144 47
                                    

"Ketika seseorang membenci mu tanpa alasan, ingatlah masih ada Allah yang Mencintai mu tanpa syarat"

_HAUZAN_




Kali ini bnyak orang berkumpul di depan ruang UGD, mereka terlihat tampak gelisah, terutama Dilla, dia sendari tadi tidak berhenti berjalan di depan pintu menunggu dokter keluar membawa berita bagus.

Seorang laki-laki baya berjalan sangat lamban, di sepanjang lorong rumah sakit dengan tongkat kesayangannya yang melekat pada tangan kanannya.
Dia di susul oleh gadisnya di belakang dengan wajahnya yang memperlihatkan kegelisahannya.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam" ucap haura yang kemudian disusul oleh yang lainnya.

"Haura, Bagaimana keadaan Nadim?"

"Dari tadi dokter belum juga keluar, jadi kami tidak tau keadaannya bah"

Mendengar percakapan Haura dengan seseorang, Dila akhirnya mengubah pandangannya kepada sosok laki-laki baya yang sedang berjalan menuju tempat duduk di sebelah dirinya berdiri.

"Haura kemari"  ajak kyai Daiyan sambil menepuk kursi yang masih kosong di sampingnya.

Haura perlahan mendekat kemudian berbicara bernada kecil dengan kyai Daiyan yang hanya bisa di dengar oleh harum, Kyai Daiyan dan juga Haura.

"Hahaha" tawanya terdengar ketika obrolan mereka membuat kyai Daiyan merasa lucu, suara nya didengar juga sampai ketelinga Dila.

Kyai Daiyan yang terlihat tidak gelisah dengan kondisi anaknya, membuat Haura, harum dan juga yang lainnya merasa aneh.

"Abah, mengapa Abah tidak gelisah dengan kondisi bang Nadim?" Kali ini harum angkat bicara.

"Untuk apa gelisah? Abah sudah tau Nadim pasti didalam sedang tersenyum meledek melihat gadis ini begitu cemas dengannya" lagi lagi kyai Daiyan mengucapkan kalimatnya bernada kecil.

"Lalu mengapa tadi Abah begitu buru-buru ingin kesini?"

"Abah hanya hawatir dia meninggalkan Abah, sebelum memberikan cucu" kali ini kedua gadis di sampingnya tertawa ketika mendengar ucapan kyai Daiyan.

"Apa kalian menertawakan Abah?" Secara bersama Mereka berdua menggelengkan kepalanya.

Di keasikannya yang mengobrol, Seorang dokter dengan perawatnya mulai keluar dari ruangan UGD, dia memberitahukan bahwa kondisi Nadim masih bisa diselamatkan karena dia buru-buru di bawa kerumah sakit.

"Apa kami boleh masuk?" Tanya harum yang tidak sabar melihat Nadim.

"Tentu, silahkan tetapi harus tetap tenang ya, agar tidak mengganggu pasien yang lainnya"

"Baik, terimakasih dok" selesai harum mengucapkan terimakasih, dokter itu mulai pergi.

Dila yang ingin sekali masuk melihat Nadim, akhirnya mengurungkan niatnya.

"Haura ajak temanmu untuk masuk" ucap kyai Daiyan yang melihat Dila dan Haura,masih berdiri di depan ruangan.

"Oh iya bah"

Ketika Haura dan Dila ingin masuk, dering ponsel Haura menghentikan langkah mereka berdua.

"La kamu masuk duluan aja, ini Zidan nelpon jadi mau aku angkat dulu" Dila hanya mengangguk dia kemudian mulai masuk dan meninggalkan Haura di depan ruang UGD.

Setelah Dila meninggal Haura, tidak butuh waktu lama Zidan datang dia berlari dan langsung memeluk tubuh kecil istrinya.

"Kamu gapapa kan?" Dia terus memeluk Haura dengan lekat.

HAUZAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang