40

1.2K 191 7
                                    

*Hai boleh minta like+ komennya? Biar halaman Zidan dan Haura untuk malam pertama bisa cepet cepet di update.


"Ingin ku sudahi kecemberutan ini. Namun, hatiku enggan berdamai."

_Haura Zaudyati_



Kita di sini, sepi sendiri menahan diri dari ramainya kota, terdiam seribu bahasa dan pertanyaan. Aku kenapa dan kau kenapa? Tak ada jawaban atas itu. Namun, ingin rasanya haura pastikan bahwa ada sesuatu yang membuatnya cemburu pada zidan.

Kening Haura terus berkerut. Dia paksakan otaknya untuk berpikir tentang keadaan ini. Dia terus menatap suaminya yang sedang duduk di taman bersama seorang wanita yang dulu dirinya temui di cafe dua tahun yang lalu, disaat Zidan belum menjadi suaminya.

Haura pikir Zidan memang mempunyai perasaan kepada Rania, karena melihat suaminya begitu telaten menanggapi semua ucapan wanita di sampingnya.

Beberapa menit, Zidan belum juga sadar, jika istrinya telah berdiri di sebrang jalan tempat mobilnya berhenti di depan kampus.

Haura memang sengaja tidak menelepon ataupun mengiriminya pesan, agar zidan sadar bahwa istrinya telah datang, tetapi beberapa menit sudah Haura tunggu Zidan belum kunjung menghentikan obrolannya.

Sampai akhirnya Haura menunggu di tepi tangga masuk hingga Zidan selesai mengobrol, memang jenuh tetapi untung saja angkasa datang menemani dirinya duduk disana.

"Tumben duduk disini, belum di jemput?"

"Uda ko"

"Klo belum, biar nanti bareng aja sama gue, kebetulan arah kita sama, gue juga mau ke gereja"

"Oh gausah ka, lgian bukannya masih ada kelas ya?"

"Ga ko, kelas gue Uda selesai semua" mendengar ucapan angkasa Haura hanya mengangguk, dia kemudian mulai menatap Zidan kembali.

Melihat arah pandangan Haura yang begitu fokus, membuat angkasa mulai ikut memandangi laki-laki yang sedang duduk bersama wanita lain dan hanya berjarak beberapa jengkal dalam satu kursi panjang.

"Itu suami lu kan?" Haura hanya mengangguk, dia menaruh dagunya pada kedua lututnya yang berjejer menekuk.

Angkasa mulai memandangi arlojinya, dia dengan segera mengambil tas yang tergeletak di sampingnya. "Maaf gue tinggal, gue duluan ya, hati-hati siapa tau ada yang ngerampok"

"Iya hati-hati ka"

Sebenarnya angkasa sudah lulus, tetapi dia blum juga menemukan loker, akhirnya dia memutuskan untuk magang di kampus menjadi asisten dosen.

Kali ini pandangan Haura tidak melihat kedepan, dia menatap kebawah seusai angkasa pergi.

"Ekhem, lu suaminya Haura kan?" Suara angkasa mengalihkan obrolan keduanya.

"Iya, kenapa memang nya?"

"Yakin suaminya?"

"Iya saya suaminya, ada apa memangnya"

"Kalo memang suaminya, ko gatau kalo istrinya udah nunggu di sana, kurang lebih hampir satu jam"
Mendengar ucapan laki-laki yang tengah berdiri di hadapannya, membuat Zidan mulai memandangi istrinya yang sedang menunduk kearah bawah.

"Jangan melakukan kebiasaan yang buruk, sampai istri saja di lupain"
Angkasa beranjak melangkah kan kakinya, meninggalkan kedua orang yang tengah duduk di hadapannya.

HAUZAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang