"Sudah berapa part yang telah kamu maafkan?"
_HAUZAN_
•
•
•Kali ini bukan fullmoon, tetapi Rembulan yang berbentuk sabit lah yang menemani malam Haura yang lumayan tidak enak, bukan karena terpisah dari Zidan, tetapi karena pikirannya yang terus berjalan, hingga membuat dirinya susah untuk tidur.
Karena pikirannya yang penuh dengan banyak pertanyaan, membuat Haura lupa tentang tugas kampus yang iya biarkan tergeletak disana bersama dengan Zidan.
Haura berdiri didekat jendela, dia memandang langit yang sudah dihiasi oleh beribu-ribu bintang dan juga satu rembulan yang lumayan terang, angin sayup sayup membuat drinya merasa damai, dia bisa merasakan sentuhan angin malam yang begitu menusuk wajah nya.
Tok tok tok
Ketukan pintu beberapakali terdengar ditelinga Haura, tetapi dia belum juga sadar dari lamunannya.
"Haura, ibu masuk ya?" Ucap Tari, setelah beberapa kali ketukannya tidak membuat pintu kamar Haura terbuka.
"Haura" tidak ada jawaban dri pemilik nama.
Tari mulai mendekat kearah anaknya, dia menepuk pundak Haura dari belakang. "Angin malam ga baik buat kesehatan, kalo memang kamu mau berdamai dengan pikiran dan hatimu, sebaiknya sholat Sunnah, minta jalan sama yang maha kuasa, jngan membuang waktu seperti ini"
Tari mulai menutup jendela yang terbuka lebar di hadapan anaknya, dia mulai mendudukan tubuh Haura diatas kasur.
"Menangis lah, kalo kamu memang mau menangis" Haura hanya menggelengkan kepalanya.
"Bu.." Haura mulai mengangkat suaranya, dia mulai memandang wajah ibunya yang berada di hadapannya.
"Iya kenapa ndo?"
"Mas Zidan udah bosen ya sama Haura?"
"Kenapa kamu mikir gitu?"
"Waktu siang, Haura liat dia ngobrol sama cewe—"
"Mungkin temennya, wajar aja klo ngobrol"
"Tapi mereka pegangan tangan"
"Ga mungkin Zidan kaya gitu"
"Beneran Bu.."
Mendengar ucapan Haura, tari mulai memikir keras. "Zidan pernah ngajak berhubungan suami istri ga?"
Mendengar ucapan ibunya, Haura hanya bisa mengangguk, dia tahu maksut dari pertanyaan ibunya.
"Kmu nolak?" Lagi-lagi Haura hanya mengangguk.
"Kalo memang Zidan bosen, mungkin karena kamu ngga ngasih hak nya"
"Tapi kan Bu, Haura belum siap"
"Siap ga siap itu udah tanggung jawab istri untuk melayani suaminya, kalo pun kamu menolak ajakan suami, itu udah termasuk dosa"
Haura hanya terdiam, dia mulai mencerna semua ucapan yang ibunya keluarkan. Tak lama ketika mereka mengobrol, tari keluar kembali karena harus menemui tamunya.
Kini Haura hanya bisa membaringkan badannya pada kasur, seiring berjalannya waktu dia akhirnya mulai menutup matanya, karena kantuk yang begitu dahsyat menyerang nya.
Pagi ini di ruang keluarga, sudah begitu ramai suara gemuruh tawa dan juga obrolan beberapa orang, yang membuat Haura membuka matanya.
Haura mulai keluar dari kamarnya, dia berjalan menuju kamar mandi, sebelum dirinya ikut berkumpul dengan keluarga nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAUZAN
RomanceJadwal update: Rabu, Jumat, Minggu Haura Zaudyati sosok wanita yang fakir ilmu agama wanita yang kurang belaian seorang ayah dan juga seorang ibu kandung,dirinya mencintai sosok ustadz muda dengan wajah yang tampan juga paham agama. Dengan latar ya...