22

1.6K 240 13
                                    

"Tunggu saya, Tolong tunggu saya"

_Zidan Al-Bakhri_

~~

Lantunan surah dan bacaan doa terdengar meriah di rumah zidan, Malam ini banyak sekali orang orang berada di rumah zidan, mereka semua sedang mengaji bersama, Nadim lah yang memimpin doanya.

Haura yang mendapatkan undangan mengaji, akhirnya mendatangi rumah nya, ada rasa sedih dihatinya ketika mengetahui bahwa Zidan akan pergi ke Cairo, dimana dirinya tidak bisa melihatnya lagi.

Sepanjang lantunan bacaan surah dan bacaan doa di pimpin oleh Nadim, Akhirnya mereka semua sampai di ujung acara, dimana semua orng menyantap hidangan yang telah di saji.

Haura hanya menatap kosong kearah depan sampai menjadi sorot pandangan ibu Zidan, ibu Zidan mulai berjalan menuju Haura yang sedang duduk dalam lamunannya.

"Haura,Kenapa ga diambil makanannya?" Suara ibu Zidan membuyarkan lamunannya.

"O-ohh iya Bu, Haura Uda makan masih kenyang"

"Kalo gitu di bawa aja buat orang dirumah"

"Emm gausah Bu"

"Uda gapapa,tunggu sebentar ya" ucap ibu Zidan sambil mengelus punggung Haura.

Selang beberapa menit, ibu Zidan kembali dengan membawa makanan di kedua tangannya. "Ini buat keluarga kamu haura" ucap nya sambil memberikan kedua kantong plastik yng cukup besar kepada Haura.

"Ya Allah Bu gausah repot repot, Haura juga masih kenyang" ucap Haura menolak pemberian ibu Zidan.

"Ini buat keluarga kamu haura, tapi kalo kamu mau makan juga gapapa" haura merasa malu ketika mendengar jawaban ibu Zidan.

"Tapi—"

"Apa salahnya menerima pemberian dari ibu saya???" Suara Zidan membuat Haura terdiam, dia mendongakan kepalanya yang melihat Zidan sudah berada di sampingnya.

"Iya bner Haura, tolong di terima ya" ibu Zidan masih berusaha membujuk Haura.

"E-em iya, makasih banyak ya Bu" seusai Haura mengucapkan terimakasih, Zidan buru buru meninggalkan Haura dan ibunya.

Setelah mereka berbincang akhirnya semua orang membubarkan acaranya, banyak dari laki laki yang masih setia mengobrol bersama.

Haura berbaring di kasurnya, dia dengan setia memeluk boneka kesayangannya. Banyak hal yang ingin di tanyakan, tapi itu mustahil dia tidak begitu dekat dengan Zidan.

"Apakah Semendadak itu??" Gumam Haura sambil menggusak kasar wajanya pada perut boneka.

Dia terus membolak balikan posisi badannya, bahkan rasanya dia tidak bisa tidur di malam ini, ntah mengapa dirinya jadi seperti ini.

"Astaghfirullah" beberapa kali dia ucapkan untuk menenangkan pikiran dan hatinya.

Keesokan paginya, Haura hanya menatap kosong kedepan, dia hanya duduk terdiam di depan rumah, sehari hari libur panjangnya hanya di isi oleh lamunannya.

"Haura? Mau ikut nganter Zidan kebandara ga?" Tanya ibu Zidan yg melihat Haura sedang duduk termenung didepan rumahnya.

Haura yang sadar Karena pnggilan ibu Zidan buru buru membenarkan posisinya. "Tapi bu—"

"Ibu gaada yang nemenin, kamu ga mau nemenin? Mereka bertiga cowo semua, nanti gaada yang bisa di ajak ngobrol ibu"

"Mereka bertiga?" Gumam batin Haura.

HAUZAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang