Prolog

14.7K 328 7
                                    

Sepanjang hidupku, aku gak pernah menjadi yang paling istimewa. Apa sih yang bisa di istimewain dari seorang perempuan 25 tahun dengan tinggi 169 cm dan berat 75kg? Kalau dibandingin sama kakak perempuanku yang model, aku lebih kayak ikan buntal. Kalau di bandingin sama adik laki-lakiku yang juara olimpiade science, otakku yang seadanya ini lebih sering dipakai untuk berkhayal.

Dari kecil aku merasa selalu kalah saing sama Kak Dara dan Bagas. Jarak umurku dan Kak Dara 4 tahun. Kecantikan Kak Dara membuat dia dilirik banyak orang kalau kami jalan ke Mall, sampai suatu hari ada seseorang yang memberikan kartu namanya dan mengajak Kak Dara untuk ikut casting. Singkat cerita, Kak Dara sekarang menjadi salah seorang model yang cukup dikenal di Indonesia.

Bagas memang lebih muda 3 tahun dari aku, tapi otaknya melebihi kapasitas otakku. Dari jaman SD, dia udah sering dipilih sama guru untuk ikut segala macam lomba. Dari mulai cerdas cermat sampai lomba matematika antar sekolah. Seiring pertumbuhannya, aku tau Bagas banyak fansnya. Dikaruniai badan yang tegap, muka manis, dan otak encer siapa sih yang gak ngelirik?

And then, there's me. Introvert tingkat dewa, lebih suka berimajinasi di kamar daripada nongkrong di Mall, berat badan yang nggak proporsional, otak yang biasa-biasa aja, aku gak pernah bener-bener tau apa yang aku mau, dan penyuka lagu-lagu mellow. Orang-orang selalu bilang kalau sebenernya aku tuh cantik tapi kecantikanku ketutupan sama lemak. Jangan pikir aku gak sakit hati dengernya, awal-awal tentu aja aku sakit hati. Aku sampe diet ketat, olah raga, dan pergi ke dokter gizi supaya bisa nurunin berat badan, tapi ya gitu... Badanku gini-gini aja kayaknya.

Walaupun begitu, aku beruntung aku tumbuh di keluarga yang serba berkecukupan dan aku nggak kekurangan kasih sayang orang tua. Walaupun Mami dan Papi sibuk setengah mati, tapi keluarga kami adalah keluarga yang hangat. Kak Dara sering bantuin aku milih baju kalau kami mau pergi keluar dan Bagas sering membantuku belajar.

Tapi tetep aja, aku selalu ngerasa insecure berada di tengah keluargaku sendiri. Dari aku lahir sampai selesai kuliah S1 aku selalu bersama dengan keluargaku. Aku pikir aku butuh waktu untuk mencari tahu sebenarnya apa yang aku mau dan mengembangkan diriku sendiri. Secara impulsif, aku tiba-tiba pengen lanjutin kuliahku, walaupun otakku pas-pasan. Makanya, aku memutuskan untuk mendaftar S2 di Inggris. Walaupun sempat ada penolakan dari Mami yang khawatir kalau aku jauh di negeri orang, tapi akhirnya restu pun keluar.

And here I'm.. All the way from Indonesia with a way of life that I never imagined before.

 All the way from Indonesia with a way of life that I never imagined before

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Game in Play (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang