Chapter 49

2.5K 157 0
                                    

3 chapter terakhir sebelum tamat.......

3 chapter terakhir sebelum tamat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

GALINA


"Jangan senyum-senyum kamu", ucap Mason dengan matanya yang memicing

"Aku nggak senyum", balasku sambil menahan senyum di bibirku

"Kamu senyum", ujar Mason keukeuh

"Hehehe", aku akhirnya nggak bisa menahan senyum dan kekehanku

"Tuh kan!", sungutnya

"Habis kamu gemesin banget"

"Gemesin apanya coba"

"Itu mukanya. Aku baru liat deh ekspresi kamu yang kayak gini", ucapku


Mason malah mendengus sambil kembali menatap jendela.


"Remember when you came to my house to get your stuff?", tanya Mason tiba-tiba. Kenapa jadi bahas itu sih?

"Iya. Waktu itu kenapa?", tanyaku penasaran

"Aku belum ceritain ini ke kamu.. Aku inget tiga hari itu aku udah kayak orang gila. Dec sama Laura sampe emosi karena hampir tiap jam aku telponin mereka. Aku setiap hari diem di living room sambil liat ponsel atau dengerin bel pintu, in case kamu hubungin aku atau dateng ke rumah. Aku tau kamu bakalan dateng karena kamu gak bawa apa-apa pas pergi", suara Mason tercekat di kalimat terakhir

"Aku kira kamu bakalan dateng besoknya, tapi ternyata kamu gak dateng. Bahkan besoknya pun kamu gak dateng. Besoknya lagi I swear to God, tadinya aku udah mau telpon polisi aja untuk nyari kamu kalau sampai hari itu kamu gak ada. But then you came. I saw your face through the monitor. Aku bahkan sampe mau nangis pas liat kamu ada di depan rumahku. Aku buru-buru buka akses pagar supaya kamu bisa masuk. Setelah itu aku nggak bisa mikir lagi, yang ada di kepala aku tuh aku pengen segera peluk kamu. Makanya begitu liat kamu, aku langsung peluk kamu. You know what? Rasanya kayak semua bebanku lepas. Tapi, aku nggak ngerasain kamu balas pelukan aku", Mason menundukkan kepalanya


Aku meraih tangan Mason dan ku genggam. Rasanya berat untuk ngomongin ini pagi-pagi, tapi aku nggak bisa bikin Mason berhenti cerita. Mason mengusap jariku pelan, lalu lanjut bercerita.


"Suara kamu waktu itu... dingin banget. That time, I knew that I messed up. I tried to hold on until you told me that during those three days, when I was mad like crazy waiting for you, you were with Chris. Aku masih menyangkal dengan mikir kalau kamu cuman mau bikin aku cemburu aja karena kamu tau aku gak suka kamu kenal Chris. Tapi ternyata di halaman, Chris ada disana. Dan.. dan.. kamu milih dia daripada aku. You took cover behind his back to avoid me. I swear to God, aku belum pernah ngerasa sakit hati sesakit waktu itu. I was speechless. By the time I can control myself again, you've gone with him. You know what.. For the first time since Jane's death, I cried for a girl", ucap Mason sambil menatapku sayu

"Untuk beberapa jam aku cuman duduk di kursi dan gak bisa mikir. Sampai akhirnya setengah sadar, aku ambil kunci mobil untuk pergi ke rumah Chris. Tapi ditengah jalan aku berhenti. Aku baru inget kalau aku gak tau Chris tinggal dimana. Aku langsung hubungin manajer Jelsy untuk tanya alamat Chris. Aku inget banget dia kaget pas aku tanya, karena dia tau hubungan aku sama Chris nggak baik. Dia awalnya gak mau ngasih tau, tapi aku maksa terus sampai akhirnya dia kasih walaupun dia wanti-wanti banget aku gak boleh berantem sama Chris. Dan pas aku sampe rumah Chris, si brengsek itu nggak ngasih aku ketemu kamu. Kalau gak inget pesan manajer, udah aku tonjok dia", genggaman tangan Mason padaku mengeras

"Sebenernya waktu itu aku udah bangun pas kamu dateng. Dan aku denger percakapan kamu sama Chris waktu itu", ucapku


Mason menatapku sambil membelalakkan matanya.


"You heard everything, then...", ucap Mason

"Iya", aku mengangguk. Mason ikut mengangguk.


"That night, you said you wanted to end us. That time, I felt like... my soul left my body, my heart fell into pieces, and my world was doomed. I called your name until my neck hurt, but you didn't come. Aku nyetir nggak tau tujuan sampai akhirnya aku berhenti di club. Aku inget aku telpon Dec untuk dateng tapi dia malah nyuruh aku pulang dan bilang kalau dia gak mau dateng. Tapi aku gak peduli, I need some distraction. Setelah botol yang aku nggak inget keberapa, Dec akhirnya dateng. Dia paksa aku untuk berhenti tapi aku gak mau, aku malah panggil nama kamu terus. Mungkin gara-gara itu Dec telpon kamu. Anyway, makasih ya kamu udah mau dateng malam itu. Padahal aku tau kamu udah gak mau liat aku", Mason tersenyum kecil padaku

"It's okay. Tapi serius, Mase. Jangan minum alkohol sampe nggak ke kontrol kayak kemarin ya. Aku gak mau kamu kalau ada masalah larinya ke alkohol. Itu nggak baik untuk badan kamu", ucapku lagi-lagi mengingatkan Mason supaya nggak minum alkohol berlebihan lagi

"Iyaa.. I'm sorry.. I promise I won't do that again"


Kami berdua terdiam sejenak.


"Hmm.. tentang Chris.. Boleh aku kasih pendapat?", tanyaku hati-hati. Mason menatapku sebentar lalu mengangguk

"Setelah semuanya dan setelah aku tau kenyataan yang sebenernya, aku rasa Chris nggak bersalah, Mase. Semuanya terjadi karena cerita yang di karang sama Harper. Dia ngebuat seolah-olah Chris yang jahat, padahal sebaliknya..", aku berhenti untuk membaca raut wajah Mason

"Can I go on?", tanyaku. Mason mengangguk

"Aku bukan mau muji Chris atau gimana, tapi Chris is a good man. Dia bahkan bantuin aku kemarin. Dia yang nganter aku ke club pas kamu mabuk. Dia juga bantuin mapah kamu dari club ke mobil. Hmm.. Aku gak tau menurut kamu gimana, tapi.. Menurut aku lebih baik kamu baikan sama Chris", ucapku

"I don't know, Gal. It's been years since the last time me and him in a good circumstances", ucap Mason sambil menunduk

"Tapi kamu tau kan kalau dia sebenernya nggak salah?", tanyaku sambil mengusap rambut Mason


Mason diam sebentar. Lalu mengangguk pelan. Aku tersenyum.


"Hey, look at me. I know it will feel weird at first, but as time goes by, everything will feel normal. Trust me"

"Okay", ucap Mason

"Hal pertama yang kamu lakuin pas ketemu sama Chris lagi, kamu harus coba untuk ngomong sama Chris dan baikan ya", aku menggenggam tangan Mason

"Tapi.. Okay", ucap Mason ragu. Matanya menatap mataku, lalu dia mengangguk pasrah

"Good. That's my boy", ucapku sambil tersenyum


Mason terkekeh kecil mendengar ucapanku.

Mason terkekeh kecil mendengar ucapanku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Game in Play (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang