Chapter 28

3.1K 183 0
                                    

😈😈😈😈😈

😈😈😈😈😈

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

GALINA


Suasana hotel tempat tim Inggris beristirahat itu udah sepi. Iya lah.. Ini udah jam 12 malem. Deco dan aku mengendap-endap di lorong menuju kamar Mason.

By the way, setelah tadi aku ngobrol sama Laura, aku setuju untuk nggak mempermasalahkan ini dulu. Aku gak mau ngerusak mood Mason dan bikin performanya jelek di lapangan. Jadi Laura minta tolong Deco untuk membantu aku masuk ke kamar Mason.


"Ini kamarnya", bisik Deco sambil menunjuk satu pintu di hadapan kami

"Kamu ketuk aja, nanti pasti dia bukain kok. Aku balik ke kamar dulu. Kamarku yang itu, kalau ada apa-apa ketuk aja ya", bisik Deco lagi lalu dia pergi dari hadapanku


Aku mengambil nafas panjang lalu mengetuk pintu kamar Mason. Sekali, dua kali, dan yang ketiga kali ketukan, Mason membuka pintu.

Matanya terbelalak ketika melihatku ada di sana. Tanpa menunggu lama, dia menarikku masuk ke kamarnya setelah dia melihat keadaan sekitar.


"Wh-wh... Kamu ngapain disini?", tanya Mason nggak percaya

"Mau ketemu kamu", ucapku sambil nyengir

"Kok bisa kamu sampe disini? Kalau ketauan kamu bisa diusir loh", ucap Mason khawatir

"Dec yang bantuin aku. Kita perlu ngomong, Mase", ucapku


Mason menatapku nggak yakin. Tapi dia menarik tanganku untuk duduk di kasur. Dia ikut duduk di sebelahku. Aku menghadapkan badanku pada Mason.


"I'm sorry", ucapku. Mason yang tadinya menunduk jadi menatapku

"Maaf aku udah marah-marah tadi. Aku tau kamu khawatir tapi akunya malah kayak gitu. Maaf ya", ucapku sambil mengambil tangan Mason untuk aku genggam


Tatapan mata Mason melembut. Dia mengecup tanganku.


"Aku juga minta maaf udah marah-marah gak jelas sama kamu. I was worried and jealous, you know", kata Mason

"Tapi, Mase, suatu hari kamu tetep harus kasih tau aku alasan yang jelas kenapa aku gak boleh kenal sama Chris. Aku gak akan paksa kamu cerita sekarang, tapi nanti kamu harus kasih tau aku ya", ucapku sungguh-sungguh sambil menatap mata Mason


Mason tampak berpikir sebentar sebelum mengangguk pelan. Aku tersenyum lalu memeluk Mason. Mason balas memelukku dengan erat. Dia membenamkan kepalanya di leherku dan menghirup nafas panjang.

Game in Play (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang