Chapter 41

2.8K 178 1
                                    

Maafkannnn tadi malem gak up. Aku lupa nyimpen laptop pribadiku dimana, ini baru ketemu wkwkwk.. Lagi super sibuk banget sama kerjaan di real life :')) Jadi hari ini aku up siang dan malam yaaa. Enjoyyyy <3

 Enjoyyyy <3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

GALINA


Susah payah Chris dan Deco memasukkan Mason ke mobil Deco. Setelah Mason duduk di kursi belakang dan dipasangkan safety belt, aku, Deco, dan Chris berkumpul di sebelah mobil Deco.

"Kamu yakin, Gal?", tanya Chris setelah aku bilang aku ikut Deco ke rumah Mason dan Chris aku suruh pulang

"Yakin", aku menganggukkan kepalaku

"Ya udah. Kalau ada apa-apa segera hubungin aku ya", kata Chris sambil menepuk bahuku

"Thanks, mate. It was nice to talk to you again", ucap Deco sambil memeluk Chris

"We'll catch up later, ya", Chris menepuk bahu Deco


Kayaknya antara Chris dengan Deco sebenernya gak ada masalah deh. Cuman mungkin Deco sebagai sahabat paling dekatnya Mason jadi ikut menjaga jarak sama Chris karena gak enak sama Mason.

Deco menyuruh aku untuk duduk di belakang sambil jagain Mason. Katanya takut Mason pusing atau muntah. Jadi disini lah aku sekarang, duduk di kursi belakang mobil Deco dengan kepala Mason yang bersandar di bahuku.


"Gal...", panggil Mason tiba-tiba. Suaranya lirih

"Hm?", gumamku

"Don't leave me", bisiknya. Tangannya menggenggam tanganku


Aku memejamkan mata menahan tangis. Mason kenapa sih.. Kalau dia kayak gini, semakin susah aku untuk melepaskan diri dari dia. Semakin susah aku melepaskan diri, semakin besar sakit yang aku rasakan.


"He loves you, Gal", ucap Deco tiba-tiba. Matanya melirikku dari kaca spion mobil

"I don't know, Dec",

"You have to trust me. Aku udah berteman dengan Mase dari kami kecil. Aku tau segala hal tentang Mase. Dia gak pernah kayak gini sebelumnya. Kamu perempuan pertama yang bisa bikin Mase genuinely happy"

"Dia udah punya tunangan, Dec. Kamu bahkan disana saat dia tunangan", ucapku sinis


Muka Deco sedikit terkejut mendengar ucapanku. Lalu raut bersalah mulai menjalar di wajahnya.


"Aku minta maaf karena nggak pernah bahas ini sebelumnya sama kamu. Aku pikir cuman Mase yang bisa jelasin semuanya sama kamu. Soal tunangan itu, aku yakin dia hanya merasa bersalah dan bertanggung jawab aja", jelas Deco

Game in Play (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang