Chapter 12

3.5K 215 2
                                    

GALINA


Mobil Mason berhenti di depan rumah besar bertingkat tiga di daerah Surbiton. Kayaknya ini komplek orang-orang yang punya uang gak berseri deh. Keliatan banget dari deretan rumah-rumah super mewah yang dari tadi aku lewatin.

Semua rumah di komplek ini tampak megah dan luas. Berbeda dari rumah-rumah di Inggris pada umumnya yang nggak pakai pagar, semua rumah di komplek ini ada pagarnya walaupun tingginya hanya sekitar 1 meter aja.

Rumah Mason sendiri berada di hook. Catnya berwarna putih dengan pinggiran jendela berwarna coklat muda. Di sekeliling pagar bagian dalam rumah ada pohon-pohon pendek yang daunnya dibentuk menjadi kotak. Di halaman depannya yang menghadap dua sisi jalan terdapat beberapa pohon yang jaraknya sekitar dua meter antara satu sama lain.

Mason memencet tombol pada remot yang ada di mobilnya lalu gerbangpun terbuka. Mason memencet tombol lainnya dan pintu garasi di depan kami secara otomatis membuka. Tampak ada 5 mobil lainnya yang terparkir rapi di dalam garasi. Aku mengenali salah satunya ada mobil Rubicon berwarna hitam mengkilat. Aku berdecak kagum. Aku selalu suka mobil Rubicon.

Mason mengajakku turun dari mobil. Lalu dia membuka pintu belakang mobilnya untuk mengambil tas bajuku. Tunggu.. Jangan heran dulu. Aku emang bawa baju ganti karena aku nggak pulang dulu ke flat tadi, jadi aku rencananya mau ikut mandi dan ganti baju di rumah Mason.

Pintu garasi terhubung langsung dengan formal living room yang bernuansa putih. Karpet abu besar menutupi lantai kayu berwarna nude, sofa putih panjang yang saling berhadapan dengan meja panjang di tengah-tegahnya. Satu perapian yang berbentuk kotak dengan tumpukan kayu berada di dinding diantara sofa. Pajangan-pajangan dan lukisan menempel di dinding kiri kanan perapian.

Sakali lagi aku berdecak kagum.

Mason menarik tanganku untuk ikut ke lantai dua. Begitu sampai di lantai dua, aku langsung bisa melihat gym dengan peralatan lengkap ada di ujung sebelah kanan. Di samping gym, ada satu ruangan terbuka yang berisi pajangan piala, penghargaan, cendra mata, dan beberapa kaos jersey dengan nomor punggung 19 yang terbingkai di dinding.

Sebuah pintu kayu dibuka oleh Mason. Berbeda dengan nuansa putih yang ada di seluruh rumah, kamar itu nuansanya abu-abu. Satu kasur king size dengan bed cover abu terletak di tengah-tengah ruangan dengan backdrop marble abu dan emas yang cantik, di kanan kiri tempat tidur ada meja kecil dengan lampu tidur. Di ujung tempat tidur ada sofa yang juga berwarna abu-abu.


"Rumah kamu bagus banget, Mase", ucapku pada Mason

"Kamu suka?", tanyanya sambil tersenyum

"Are you joking? I love it!", pekikku

"Haha.. Kamu boleh dateng sesering yang kamu mau. But now I will let you freshen up. Kamar mandinya ada di sebelah ya", ucap Mason sambil berjalan mundur ke arah pintu

"Thank you, Mase"


Mason tersenyum lalu menutup pintu kamar.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Game in Play (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang