Chapter 40

2.9K 184 9
                                    

GALINA


Aku nggak tau jam berapa Mason berhenti manggil namaku, tapi aku denger suara Chris tadi sebelum suara Mason nggak terdengar lagi. Aku masih duduk meringkuk di pinggir kasur. Otakku ini malah dengan pintarnya memutar ulang setiap memoriku dengan Mason. Senyumnya, tawanya, suaranya, tingkah lakunya, pelukannya, ciumannya...

Tadi aku sempet liat ponsel ketika ada notifikasi email dari kantorku, mereka mengingatkan aku untuk memutuskan apakah aku akan melanjutkan kerja dengan mereka atau berhenti. Dengan yakin aku membalas email itu. Aku berterima kasih atas kesempatan yang mereka berikan, tapi aku memilih untuk berhenti. Aku udah memantapkan hatiku. Aku akan pulang ke Indonesia.

Mungkin udah saatnya aku kembali ke realita setelah hidup dalam mimpi di Inggris ini. Udah terlalu lama aku terlena dengan kehidupan yang terlalu indah ini.

Aku di kagetkan dengan ponselku yang bergetar di meja. Walaupun malas, tapi aku bangun juga dan mengambil ponselku. Ternyata ada telepon dari Deco. Tunggu.. Jam berapa ini? Astaga ini jam 2 subuh, ngapain dia nelpon subuh-subuh gini? Dengan ragu aku mengangkat teleponnya.


"Oh my... Thank God you answered my call, Gal!", teriak Deco

"Dec? Suara kamu gak jelas", ucapku karena Deco sepertinya ada di tempat yang bising

"Can you hear me?", tanya Deco dengan lebih jelas sekarang

"Yes. Ada apa kamu telepon aku jam segini?", tanyaku penasaran

"Gal, please. I need your help. Can you come here?", tanya Deco dengan terburu-buru

"Help? Ada apa ini?"

"Just come here. I'll send you the location. Please, Gal. I really need your help", ucap Deco lalu telepon pun dimatikan secara sepihak


Aku menatap ponselku dengan bingung. Ada apa sih?? Perasaanku jadi gak enak deh.

Hanya jarak beberapa detik setelah telepon ditutup, ada pesan dari Deco yang isinya share location suatu tempat di tengah kota London.

Karena khawatir, aku mengambil jaket dan dompetku lalu berjalan keluar dari kamar. Deco sebelumnya gak pernah telepon aku subuh-subuh kayak gini soalnya.

Ketika keluar kamar, aku melihat lampu dapur menyala dan ada Chris disitu seperti habis minum karena dia masih memegang gelas berisi air putih di tangannya. Chris menatapku bingung.


"Kamu mau kemana?", tanya Chris

"Deco barusan nelpon, katanya dia butuh bantuan aku", ucapku dengan raut wajah khawatir

"Aku anter", kata Chris tanpa banyak tanya

"Gak usah. Kamu besok kan latihan. Aku sendiri aja", tolakku

"Besok itu hari Sabtu, Gal. Aku gak ada latihan. Kamu tunggu disini, aku ambil jaket dulu di atas"


Tanpa menunggu jawabanku, Chris berlari ke atas dan hanya dalam hitungan detik udah sampai lagi di bawah. Aku dan Chris berlari ke mobil Chris dan secepatnya pergi ke lokasi yang dikirim oleh Deco.

Mobil Chris berhenti setelah maps bilang kalau kami udah sampai di destinasi. Aku menatap keluar jendela mobil. Club malam? Kenapa Deco ngirimin lokasi club malam ini?

Aku dan Chris turun dari mobil. Chris berjalan di depanku dan menuntun aku masuk ke dalam club malam yang lumayan penuh itu. Mataku nggak berhenti melihat sekeliling untuk mencari Deco. Sampai sudut mataku melihat Deco dengan wajah paniknya di depan salah satu ruangan di lantai dua.

Game in Play (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang