Chapter 30

2.6K 150 2
                                    

GALINA


Pertandingan malam ini menjadi pertandingan yang paling menegangkan untuk seluruh tim nasional Inggris dan supporter juga tentunya. Setelah Inggris berhasil masuk ke babak 16 besar, Inggris berhasil masuk ke babak perempat final. Tinggal selangkah lagi untuk masuk ke babak semi final.

Lawan Inggris malam ini juga berat. Inggris harus melawan perancis yang merupakan pemenang World Cup 2018 kemarin. Sejak kemarin, Mason udah gak bisa diajak bercanda. Dia udah dalam mode serius dan siap untuk bertanding. Aku ngobrol sama Laura juga katanya Deco sama tegangnya sama Mason. Laura bilang, hampir semua pemain udah pada ready to fight.

Aku ngerti sih, pasti mereka tegang dan pressure banget. Karena terakhir Inggris bawa piala dunia itu bener-bener udah lama banget dan setiap orang yang mendukung Inggris menempatkan beban itu di pundak para official dan terutama pemain tim nasional Inggris.

Oh iya, Amerika gagal masuk quarter final setelah kalah di pertandingan terakhir mereka. Beberapa pemain udah pulang ke Amerika. Termasuk Chris, empat hari yang lalu dia ngirim pesan kalau dia pamit balik ke Amerika.

Sesampainya di stadion, aku dan keluarga Mason segera masuk ke tribun dan duduk di kursi kami masing-masing. Karena aura Mason yang nggak biasa, kami juga jadi ikut tegang. Sedari tadi Maggie menggenggam tanganku sambil menatap ke lapangan yang masih kosong tengan tegang. Tangannya dingin.


"He's gonna be fine, Maggie", ucapku menenangkan Maggie

"I hope so. Aku tau banget gimana kerasnya keinginan Mase untuk bawa Inggris ke final nanti. Jadi aku berharap keinginannya terwujud. It's his first World Cup.. Duh rasanya aku pengen meluk Mase sekarang", ucap Maggie. Diam-diam aku menyetujui ucapan Maggie

"Dia udah berlatih dengan keras. Apapun yang terjadi, aku yakin dia udah berusaha semaksimal mungkin", kata Bill sambil merangkul Maggie


Gemuruh penonton mulai terdengar saat pemain mulai memasuki lapangan untuk latihan. Mason dengan sepatu bolanya masuk ke lapangan bersisian dengan Jacob. Mereka terlihat berbicara satu sama lain tapi sama sekali gak ada senyum di muka keduanya. Seorang official terlihat menghampiri Mason lalu mereka berbicara dengan serius lalu mulai pemanasan.

Setelah pemanasan selesai, Mason mengarahkan pandangannya ke tribun untuk mencari aku dan keluarganya. Pandangan mataku dan Mason bertemu, Mason tersenyum kecil yang aku balas dengan senyuman lebar dan anggukan kepala. Lalu Mason melambaikan tangan pada keluarganya.

Pertandingan dimulai. Kali ini Mason nggak jadi line up. Dari awal pertandingan di mulai, suasana udah tegang. Perancis bener-bener menggempur Inggris sampai ketika pertandingan baru berjalan 18 menit, gawang Inggris kebobolan satu gol. Seluruh pendukung Inggris mendesah kecewa berbanding terbalik dengan pendukung Perancis yang bersorak sorai.

Nggak lama, aku melihat Mason dan 4 orang pemain Inggris keluar dari bangku cadangan dan melakukan pemanasan di sepanjang pinggir lapangan sambil memantau jalannya pertandingan. Setelah sekitar 10 menit melakukan pemanasan, Mason dipanggil oleh official lalu kembali ke bangku cadangan.

Nggak sampe 5 menit kemudian, Mason keluar dari bangku cadangan udah memakai jersey, tandanya dia siap untuk terjun ke lapangan. Pergantian pemain pun dilakukan. Mason segera berlari ke tempatnya.

Maggie mengatupkan kedua tangannya di depan dada ketika Mason udah di dalam lapang. Aku juga sama, aku meremas kedua tanganku sambil mataku nggak lepas dari Mason.

Tampaknya masuknya Mason menjadi suatu ancaman untuk tim Perancis karena beberapa kali Mason dijatuhkan dan disenggol oleh pemain Perancis ketika dia membawa bola. Aku selalu menahan nafas ketika Mason terjatuh di lapangan.

Satu yang aku pikirkan, fisik pemain bola itu bener-bener harus bagus. Karena gak jarang ada pemain yang kasar dan nggak segan untuk bermain kasar pada lawannya.

Babak pertama selesai. Mason berjalan melintasi lapangan dengan kepala tertunduk. Dia pasti kecewa karena nggak bisa bikin Inggris menyamai Perancis.


"Apa di akan baik-baik aja? Dia jatuh berkali-kali", ucap Maggie dengan khawatir

"Dia kuat. Kamu harus tenang, Sweetheart. Itu normal di pertandingan bola", ucap Bill menenangkan Maggie


Aku udah nggak bisa berkata-kata lagi. Aku cuman bisa duduk diam sambil mengusap keningku.

Pemain kembali memasuki lapangan. Babak kedua di mulai. Kalau babak pertama tadi udah ketat, babak kedua ini lebih ketat lagi. Pemain Inggris berusaha sekuat tenaga untuk memasukan bola ke gawang Perancis, pemain Perancis berusaha sekuat tenaga untuk bertahan.

Sampai tiba-tiba terjadi pelanggaran di kotak penalti Perancis. Seorang pemain Perancis menghadang Mason sampai Mason jatuh berguling-guling dan memegang kakinya kesakitan. Aku segera berdiri dan menatap Mason khawatir. Beberapa official menghampiri Mason lalu memberikan penanganan pertama. Nggak lama ku lihat Mason berdiri sambil meringis dan berjalan sedikit pincang. Aku menutup bibirku dengan telapak tangan melihatnya. Ya Tuhan.. Mase...

Perancis mendapatkan kartu kuning dan Inggris mendapatkan kesempatan penalti. Seluruh pendukung Inggris serentak berdiri dari duduknya dan memfokuskan mata pada kotak penalti. Sang kapten tim nasional Inggris yang kebagian menjadi algojonya. Tendangan dilakukan dan.... GOL!! Kami semua berteriak dan loncat bahagia. Seluruh pemain saling berpelukan dan berteriak suka cita.

Tapi kebahagian itu nggak berlangsung lama ketika Perancis kembali membobol gawang Inggris hanya 10 menit setelahnya. Pendukung Inggris kembali terdiam dan wajah-wajah pemain Inggris kembali tegang. Beberapa kali pergantian pemain dilakukan tapi tetap nggak bisa membawa Inggris menyusul Perancis. Inggris kalah di pertandingan malam ini. Seluruh pemain Inggris terduduk di rumput, bahkan ada yang jatuh menelungkup. Sedangkan pemain Perancis saling berpelukan dan melompat-lompat bahagia.

Inggris gagal masuk ke babak semi final.

Disebelahku Maggie udah menangis sesenggukan dan dipeluk oleh Bill. Begitu pula Stacy dan Lily menangis dipelukan suaminya masing-masing. Suasana yang haru itu bikin aku berkaca-kaca juga. Tiba-tiba kurasakan rangkulan di bahuku, ternyata itu Theo. Dia tersenyum kecil menatapku, aku balas menatap matanya yang juga berkaca-kaca.

Satu persatu official menghampiri para pemain Inggris dan membimbing mereka untuk kembali ke ruang ganti. Pemain Inggris berjalan dengan gontai, tapi mereka masih sesekali melihat ke arah suporter dan memberikan tepuk tangan dan mengangguk pada suporter yang udah mendukung mereka dari awal sampai saat ini.

Lapangan pun kosong. Penonton mulai meninggalkan stadion menyisakan para keluarga pemain yang menunggu pemain datang. Suasana di tribun hening. Kami semua sedih dan kecewa. Tapi yang paling bikin dada berat tuh, kami semua membayangkan gimana perasaan para pemain Inggris saat ini. Kalau kami aja kecewa dan sedihnya kayak gini, gimana mereka...

Pemain mulai bermunculan dan menghampiri keluarganya masing-masing. Aku menatap ke bawah dengan nggak sabar. Aku pengen peluk Mason. And there he is, berjalan gontai dengan kepala menunduk.

Oh Mase...

Oh Mase

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Game in Play (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang