GALINA
Mason menggoyang-goyangkan telapak tangannya di depan mukaku. Seketika kesadaranku kembali. Tiba-tiba perutku mulas. Ini mimpi kan??
"Gal? You alright? You look pale", tanya Mason khawatir
Aku mengerjapkan mata. Pipiku terasa panas.
"W-what did you just say?", tanyaku pada Mason. Aku harus memastikan kalau aku gak lagi mimpi
"Which one?", tanya Mason dengan wajah tengilnya
Aku menatap Mason dengan mata menyipit. Mason malah tertawa lalu mencubit pipiku.
"Udah ah. Kamu pikir aku gak malu? Aku juga malu tau. Ini pertama kalinya aku bikin statement tentang hubungan aku sama cewek", kata Mason. Setelah aku perhatikan lagi, memang ada semburat merah di pipi Mason. Aku mengulum bibirku.
"Jadi.. kita..", ucapku terbata-bata. Mason terkekeh
"Yes. Can we get off now, girlfriend?", tanya Mason sambil memiringkan kepalanya
Ya Tuhan.. Perutku rasanya kayak di obok-obok!!
Aku kembali mengulum bibirku sebelum mengangguk. Mason mendesah lega lalu kami berdua turun dari mobil. Jantungku tambah deg-degan. Udah tadi Mason bilang pacaran, sekarang mau ketemu orang tuanya Mason. Ugh, rasanya aku mau pingsan aja.
Mason meraih tanganku dengan sebelah tangannya yang nggak membawa tas. Kami berjalan beriringan menuju pintu masuk.
"Tangan kamu dingin banget", ucap Mason sambil terkekeh
"Aku nervous tau!", ucapku
Tawa Mason terdengar merdu di telingaku. Semakin lama pintu rumah semakin dekat. Mason melirikku sebentar lalu mengetuk pintu. Kami tinggal menunggu pintu dibuka.
"Ready?", tanya Mason sambil tersenyum
Aku nggak sanggup ngomong apa-apa lagi, jadi aku cuman mengangguk pasrah.
"You'll be fine", kata Mason meyakinkanku. Tangannya meremas tanganku seakan memberikan kekuatan
Nggak lama pintu dibuka. Seorang perempuan berusia 50an berambut pirang membukakan pintu untuk kami. Aku masih ingat, ini ibu Mason Flo tunjukin ke aku waktu itu nonton pertandingan Toren Ham melawan Jelsy FC.
"Hi, Mom", kata Mason sambil mengecup pipi ibunya
"Hi, Son. Welcome home", balas ibu Mason
Lalu mata wanita paruh baya itu menatapku dari atas sampai bawah seakan menilai. Aku hanya bisa berdiri kaku dengan senyum yang sama kakunya.
"You must be Galina", ucapnya
"Yes, Mam. I'm Galina. Nice to meet you", ucapku kikuk sambil mengulurkan tanganku untuk bersalaman
KAMU SEDANG MEMBACA
Game in Play (END)
RomantizmGALINA KEMALA SOEMANTRI Aku gak tau kalau ternyata di negara ini aku malah menemukan seseorang yang bisa membuat aku merasa berharga. Aku gak tau kalau ternyata ada orang yang bisa mencintai aku sebesar cintanya padaku. Aku gak tau kalau ternyata se...